Pernikahan adalah momen sakral yang penuh dengan tradisi, dan di Jawa Barat, tradisi pernikahan Sunda memiliki pesonanya tersendiri. Salah satu elemen kunci yang paling memukau adalah busana atau akad dres Sunda. Busana ini bukan sekadar pakaian; ia adalah representasi filosofis, keindahan artistik, dan penghormatan mendalam terhadap akar budaya yang kaya. Memilih akad dres Sunda berarti memilih untuk membawa warisan leluhur ke dalam janji suci.
Dalam konteks pernikahan Sunda, istilah "dres" merujuk pada gaun atau busana pengantin yang dikenakan saat akad nikah. Berbeda dengan busana modern yang serba bebas, akad dres Sunda sangat sarat dengan makna. Warna, motif, hingga tata riasnya memiliki filosofi tersendiri yang mencerminkan harapan orang tua dan doa bagi kelanggengan rumah tangga yang akan dibina.
Inti dari penampilan akad dres Sunda terletak pada aksesoris kepala. Bagi mempelai wanita, penggunaan Siger adalah wajib. Siger adalah mahkota perhiasan yang megah, sering kali berwarna emas, yang melambangkan keagungan, kehormatan, dan status seorang perempuan sebagai ratu sehari. Bentuknya yang menjulang tinggi melambangkan aspirasi tinggi dalam membangun keluarga. Detail ukiran pada siger biasanya mengikuti pola flora atau fauna yang memiliki makna perlindungan dan kesuburan.
Selain Siger, terdapat pula aksesoris pelengkap seperti Haarman (perhiasan rambut yang menjuntai) serta kalung dan bros yang serasi. Keseluruhan aksesoris ini dirancang untuk memantulkan cahaya, menciptakan aura kemuliaan saat pasangan pengantin melangkah menuju janji suci. Tidak jarang, perhiasan ini merupakan warisan turun-temurun yang menambah nilai spiritual pada busana tersebut.
Meskipun busana akad sering kali menggunakan kain yang didominasi warna putih gading atau krem untuk menunjukkan kesucian, bagian bawahan atau selendang sering kali menggunakan kain batik khas Sunda. Pemilihan motif batik sangat krusial. Misalnya, motif yang dipilih haruslah yang mengandung doa baik, seperti motif yang menggambarkan kemakmuran atau keharmonisan alam.
Di beberapa variasi modern, akad dres Sunda juga mengadopsi warna-warna lembut seperti hijau mint atau biru langit sebagai pelengkap warna dasar putih atau emas. Adaptasi ini dilakukan untuk menjaga keindahan tradisi namun tetap selaras dengan tren masa kini. Namun, esensi dari busana akad, yaitu keanggunan yang bersahaja dan sopan, tidak pernah ditinggalkan.
Busana pengantin pria pun tidak kalah penting. Pengantin pria biasanya mengenakan Baju Beskap dengan warna senada atau kontras yang elegan, dipadukan dengan kain sarung atau dodot batik serta aksesoris kepala berupa Pangsi atau Kuluk Konéng. Harmonisasi antara dres wanita dan busana pria inilah yang menciptakan pemandangan visual pernikahan Sunda yang tak terlupakan.
Saat ini, banyak perancang busana pernikahan yang berupaya keras menjaga orisinalitas akad dres Sunda sambil memberikan sentuhan kontemporer. Mereka memastikan bahwa meskipun terjadi modifikasi pada potongan atau penggunaan bahan, esensi dan nilai-nilai filosofis dari busana adat tersebut tetap utuh. Hal ini penting agar generasi muda tidak kehilangan koneksi dengan kekayaan budaya yang ditawarkan oleh tradisi pernikahan Sunda.
Menggunakan akad dres Sunda dalam pernikahan adalah sebuah pernyataan budaya. Ini adalah cara merayakan cinta dengan membungkusnya dalam balutan sejarah dan keindahan seni tradisional Jawa Barat. Keindahan busana ini bukan hanya terletak pada kemewahan hiasannya, tetapi pada doa dan harapan yang tersemat dalam setiap helai kain dan kilau perhiasannya.