Representasi visual kemurnian ajaran.
Pengertian Dasar Akidah Salafi
Akidah Salafi secara harfiah merujuk kepada keyakinan (akidah) yang dianut oleh Salafus Shalih—tiga generasi terbaik umat Islam, yaitu para Sahabat Nabi, Tabi'in, dan Tabi'ut Tabi'in. Dalam konteks modern, manhaj Salaf ini dipahami sebagai upaya metodologis untuk kembali kepada pemahaman agama sebagaimana dipraktikkan dan dipahami oleh generasi awal Islam tersebut. Inti dari manhaj ini adalah berpegang teguh pada Al-Qur'an dan As-Sunnah, sesuai dengan pemahaman para Shahabat, tanpa tambahan inovasi (bid'ah) yang muncul di kemudian hari.
Akidah Salafi bukanlah sekadar aliran pemikiran baru, melainkan sebuah gerakan kembali kepada sumber asli Islam. Para penganutnya meyakini bahwa kemurnian ajaran telah tereduksi seiring berjalannya waktu akibat masuknya berbagai pengaruh budaya, filsafat Yunani, dan interpretasi yang menyimpang dari pemahaman literal (sesuai konteks) para pendahulu yang mulia. Oleh karena itu, pemurnian akidah menjadi prioritas utama.
Pilar Utama Akidah Salafi
Terdapat beberapa pilar fundamental yang menjadi ciri khas dalam berakidah menurut manhaj ini. Pilar pertama adalah Tauhid. Akidah Salafi menekankan Tauhid Rububiyyah, Uluhiyyah, dan Asma' wa Sifat secara ketat, menolak segala bentuk kesyirikan, termasuk perantaraan kepada makhluk dalam ibadah (tawassul melalui kuburan atau orang saleh) yang dianggap melanggar hak eksklusif Allah.
Pilar kedua adalah Ketaatan Mutlak pada Al-Qur'an dan As-Sunnah Shahihah. Bagi mereka, kedua sumber ini adalah satu-satunya pedoman yang sahih. Jika terjadi perbedaan pemahaman, rujukan akhir selalu kembali kepada bagaimana para Sahabat memahaminya. Ini membatasi ruang lingkup ijtihad yang sering kali menjadi sumber perbedaan mazhab dan aliran di kalangan umat Islam kontemporer.
Pilar ketiga adalah Penolakan terhadap Bid'ah. Bid'ah (inovasi dalam agama) dipandang sebagai hal yang sangat berbahaya karena memasukkan unsur baru ke dalam ibadah yang asalnya sudah disempurnakan oleh Allah SWT. Segala bentuk ritual atau amalan yang tidak pernah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dan para Sahabatnya akan ditolak keras, meskipun niat pelakunya baik.
Sikap Terhadap Asma' wa Sifat
Salah satu aspek penting dalam akidah Salafi adalah cara mereka memahami Asma' wa Sifat (Nama dan Sifat Allah). Mereka menganut metode Itsbat (penetapan) tanpa takyif (bertanya bagaimana caranya), tamtsil (menyerupakan dengan makhluk), ta'thil (menolak keberadaannya), dan ta'wil (mengubah makna tekstual). Misalnya, ketika Al-Qur'an menyebut Allah memiliki "Tangan" atau "Muka," mereka menetapkannya sebagaimana adanya, tanpa mencoba membayangkan bentuknya, karena hakikat sifat tersebut hanya diketahui oleh Allah SWT. Metode ini bertujuan menjaga kesempurnaan Allah dari penyerupaan dengan ciptaan-Nya.
Metodologi dalam Beragama
Metodologi beragama kaum Salaf sangat menekankan pada Al-Jalad (keselarasan antara ucapan dan perbuatan), al-Ittiba' (mengikuti secara penuh), dan menjauhi Al-Ibda' (mengadakan hal baru). Dalam berinteraksi dengan kelompok lain, manhaj Salafi cenderung bersikap tegas dalam mempertahankan pokok-pokok akidah yang diyakini benar, namun juga menganjurkan hikmah dan kelembutan dalam berdakwah. Tujuannya adalah menyatukan umat di atas fondasi tauhid yang murni, sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Keseluruhan pemahaman ini menunjukkan bahwa akidah Salafi berfokus pada puritanisme ajaran, menolak tafsiran yang dianggap telah tercemar oleh tradisi atau filsafat yang tidak bersumber dari nash (teks) yang otentik. Mereka melihat ini sebagai jalan tercepat dan teraman untuk meraih keridhaan Allah dan mengikuti petunjuk kenabian secara utuh.