Komposisi lapisan yang berbeda pada cairan mata.
Ketika kita berbicara tentang air mata, asumsi pertama yang sering muncul adalah bahwa cairan ini murni bersifat asin. Tentu saja, air mata mengandung garam (natrium klorida), memberikan rasa asin yang khas. Namun, narasi bahwa air mata hanyalah "air garam" adalah penyederhanaan yang berlebihan. Dalam realitas biologi dan kimia, air mata adalah cairan kompleks yang memiliki tiga jenis utama, masing-masing dengan komposisi dan fungsi yang berbeda, dan tidak semuanya sama asinnya.
Tubuh manusia memproduksi air mata melalui tiga kelenjar utama, yang menghasilkan tiga kategori air mata yang berbeda: basal, refleks, dan emosional. Perbedaan jenis ini sangat memengaruhi komposisi kimia dan, secara ironis, tingkat keasinannya.
1. Air Mata Basal (Basal Tears): Ini adalah jenis air mata yang paling sering kita produksi—sekitar 10 hingga 30 ons setiap hari—meskipun kita tidak menyadarinya. Fungsinya adalah menjaga kelembapan kornea, menyediakan nutrisi penting, dan melindungi mata dari debu atau partikel kecil. Air mata basal memiliki komposisi kimia yang relatif stabil dan memang mengandung elektrolit seperti natrium, tetapi konsentrasinya diatur ketat agar sesuai dengan kebutuhan permukaan mata. Jika air mata ini terlalu asin, justru dapat menyebabkan iritasi.
2. Air Mata Refleks (Reflex Tears): Air mata refleks diproduksi dalam jumlah besar sebagai respons cepat terhadap iritasi eksternal, seperti asap, debu, atau saat mengiris bawang. Tujuannya utama adalah membersihkan mata secara agresif dari zat pengganggu. Karena produksinya yang cepat dan masif, air mata jenis ini seringkali lebih encer daripada air mata basal. Meskipun masih mengandung garam, konsentrasi protein pelindung dan enzim yang bersifat antibakteri cenderung lebih tinggi dibandingkan jenis lainnya, yang mungkin sedikit mengubah persepsi rasa asinnya.
Inilah jenis air mata yang paling menarik perhatian: air mata yang muncul saat kita merasa sangat sedih, bahagia, atau stres. Secara visual, air mata emosional terlihat sama seperti air mata lainnya, tetapi studi kimiawi menunjukkan perbedaan signifikan. Air mata emosional terbukti mengandung kadar hormon stres yang lebih tinggi, seperti prolaktin dan hormon adrenokortikotropik (ACTH).
Salah satu hipotesis utama mengapa kita menangis karena emosi adalah mekanisme pelepasan stres. Ketika stres fisik atau psikologis memuncak, tubuh melepaskan hormon-hormon ini melalui cairan tubuh. Jika hormon stres ini dikeluarkan melalui air mata, secara teknis, ini berarti air mata emosional memiliki profil kimia yang berbeda dari air mata basal yang hanya berfungsi sebagai pelumas. Meskipun kandungan natrium kloridanya tetap ada (karena itulah ciri khas air mata), kehadiran komponen organik lain inilah yang membedakannya. Jadi, meski tetap asin, komposisi keseluruhan air mata emosional mencerminkan keadaan internal tubuh yang sedang mengalami ketegangan emosional.
Penting untuk dipahami bahwa semua cairan tubuh yang bersentuhan dengan mukosa (selaput lendir) mengandung elektrolit, terutama natrium. Air mata bukan pengecualian karena ia harus mempertahankan tekanan osmotik yang seimbang agar sel-sel di kornea tetap sehat. Jika air mata terlalu tawar (hipotonik), air dari sel mata akan bergerak keluar untuk menyeimbangkan konsentrasi garam, menyebabkan pembengkakan dan kerusakan sel. Sebaliknya, jika terlalu asin (hipertonik), air akan terserap keluar dari sel, menyebabkan dehidrasi dan rasa perih.
Oleh karena itu, mekanisme tubuh telah mengatur agar air mata, dalam kondisi normal (baik basal maupun refleks), memiliki tingkat keasinan yang hampir sama persis dengan plasma darah kita, yaitu sekitar 0,9% larutan garam. Namun, ketika kita menangis deras karena emosi, volume produksi yang besar dan komposisi kimia yang sedikit berubah karena adanya hormon, mungkin memberikan sensasi yang sedikit berbeda di lidah, meskipun secara teknis, "air mata tidak asin" adalah sebuah kemustahilan biologis. Air mata harus mengandung garam untuk berfungsi secara efektif. Keunikan mereka terletak pada variasi kandungan protein dan hormon, bukan pada hilangnya garam sepenuhnya.
Pada akhirnya, air mata adalah cairan yang sangat fungsional. Entah itu untuk membersihkan debu, menjaga kelembapan mata agar tetap terang, atau sebagai katup pelepas tekanan emosional, cairan bening ini jauh lebih kompleks dari sekadar tetesan air asin sederhana. Pemahaman kita tentang kimia air mata terus berkembang, mengungkapkan betapa rumitnya sistem pelindung yang kita miliki di depan mata kita.