Air sumur gali merupakan salah satu sumber air bersih yang paling umum di daerah pedesaan maupun perkotaan yang belum terjangkau oleh jaringan distribusi air minum perpipaan. Sumur gali, yang kedalamannya bervariasi tergantung kondisi geologi setempat, menjadi harapan utama untuk kebutuhan sanitasi, rumah tangga, hingga irigasi skala kecil. Keberadaan sumur ini seringkali menentukan kualitas hidup penghuninya.
Proses pembuatan air sumur gali melibatkan penggalian tanah hingga mencapai lapisan akuiferālapisan batuan atau tanah yang mampu menyimpan dan mengalirkan air tanah dalam jumlah yang cukup. Kedalaman ini bisa hanya beberapa meter hingga puluhan meter. Semakin dalam sumur, secara teori, air yang didapat akan semakin terfilter dari kontaminasi permukaan, namun hal ini tidak selalu menjadi jaminan mutlak. Kualitas air sangat dipengaruhi oleh jenis tanah di sekitar, kondisi geografis, dan aktivitas manusia di area tangkapan air.
Meskipun tampak alami dan segar, air sumur gali memerlukan perhatian khusus terkait kebersihannya. Kontaminasi dapat datang dari berbagai sumber. Salah satu masalah klasik adalah bakteri E. coli atau patogen lain yang masuk akibat resapan dari septik tank, limbah domestik, atau saluran pembuangan yang terlalu dekat dengan lokasi sumur.
Selain kontaminan biologis, masalah fisik dan kimia juga sering muncul. Kekeruhan (turbiditas) yang disebabkan oleh partikel tanah liat atau lumpur dapat menjadi masalah saat musim hujan. Secara kimiawi, di beberapa daerah, air sumur gali bisa mengandung kadar besi (Fe) atau mangan (Mn) yang tinggi, menyebabkan air berwarna kekuningan atau kecoklatan saat terpapar udara dan meninggalkan noda pada peralatan rumah tangga. Pada area pesisir atau pegunungan tertentu, risiko intrusi air asin (salinitas) juga perlu diwaspadai.
Untuk menjamin pasokan air yang stabil dan aman, konstruksi sumur gali harus dilakukan dengan prosedur yang benar. Jarak aman antara sumur dengan sumber pencemaran, seperti jamban atau kandang ternak, harus dipatuhi. Umumnya, jarak minimal yang disarankan adalah 15 hingga 20 meter. Pemasangan cincin beton atau pipa casing yang kedap air hingga kedalaman tertentu sangat penting untuk mencegah longsoran tanah dan infiltrasi air permukaan yang membawa kotoran.
Kedalaman penggalian harus disesuaikan dengan pemetaan geologi lokal. Jika sumur terlalu dangkal (sumur pamur atau sumur resapan), risiko kontaminasi permukaan akan meningkat drastis, terutama setelah terjadi hujan lebat. Penggunaan pompa yang sesuai juga berperan penting; pompa harus mampu mencapai muka air tanah tanpa sering mengeringkan sumur, terutama saat kemarau panjang.
Kepemilikan sumur gali bukan berarti pekerjaan selesai setelah air ditemukan. Perawatan rutin adalah kunci keberlanjutan. Langkah paling krusial adalah pengurasan (pengurasan lumpur) yang biasanya dilakukan setiap 1 hingga 3 tahun sekali, tergantung seberapa cepat sumur mengalami pendangkalan. Lumpur yang mengendap di dasar sumur dapat menjadi tempat berkembang biak mikroorganisme berbahaya.
Setelah dikuras, langkah selanjutnya adalah desinfeksi atau klorinasi. Proses ini melibatkan penambahan larutan klorin ke dalam sumur untuk membunuh bakteri dan virus yang mungkin ada. Setelah klorinasi, air harus didiamkan beberapa jam sebelum dilakukan pembilasan menyeluruh. Uji kualitas air secara berkala, setidaknya setahun sekali, sangat disarankan untuk memverifikasi bahwa air yang digunakan masih memenuhi standar kesehatan yang berlaku. Dengan perawatan yang tepat, air sumur gali dapat terus menjadi sumber kehidupan yang andal dan sehat bagi keluarga Anda.