Representasi visual dari ketahanan material terhadap lingkungan agresif.
Dalam dunia metalurgi dan rekayasa material, baja tahan karat (stainless steel) memegang peranan krusial, terutama di lingkungan yang menuntut ketahanan korosi tinggi, suhu ekstrem, dan integritas struktural yang terjamin. Dua varian yang sering menjadi sorotan utama adalah **AISI 316L** dan **1.4571**. Meskipun keduanya termasuk dalam keluarga baja austenitik berbasis kromium-nikel, mereka memiliki perbedaan komposisi kimia dan aplikasi spesifik yang membuat mereka unik.
AISI 316L adalah salah satu grade baja tahan karat yang paling banyak digunakan di dunia setelah 304. Huruf 'L' dalam 316L menandakan kandungan Karbon (Carbon) yang Rendah (Low), biasanya kurang dari 0.03%. Penambahan Molibdenum (Mo) adalah pembeda utama 316 dari seri 300 lainnya. Molibdenum ini secara signifikan meningkatkan ketahanan material terhadap korosi celah (crevice corrosion) dan korosi sumuran (pitting corrosion), khususnya di lingkungan yang mengandung klorida, seperti air laut atau cairan kimia industri.
Karakteristik Low Carbon pada 316L sangat penting untuk aplikasi pengelasan. Tingkat karbon yang rendah mencegah pengendapan karbida kromium di batas butir selama pemanasan dan pendinginan pasca-pengelasan. Fenomena ini dikenal sebagai sensitisasi, yang dapat mengurangi ketahanan korosi material di zona yang terpengaruh panas (HAZ). Oleh karena itu, 316L adalah pilihan utama untuk komponen bejana tekan, peralatan pemrosesan makanan, dan peralatan medis yang memerlukan pengelasan ekstensif.
Sementara itu, standar Eropa EN (sebelumnya DIN) menyebutkan material yang setara atau sangat mirip dalam fungsi, yaitu **1.4571** (sering juga dikenal sebagai SS 316Ti). Perbedaan mendasar antara 316L dan 1.4571 terletak pada penambahan elemen penstabil, yaitu Titanium (Ti).
Sama seperti 316L yang distabilkan untuk mengurangi sensitisasi melalui rendahnya karbon, 1.4571 mencapai stabilitas serupa dengan menambahkan Titanium. Titanium memiliki afinitas yang lebih tinggi terhadap karbon dibandingkan Kromium. Ketika dipanaskan, Titanium akan membentuk Titanium Karbida (TiC), yang mencegah Kromium membentuk Kromium Karbida (Cr23C6) yang merusak.
Secara komposisi, 1.4571 biasanya memiliki kandungan karbon sedikit lebih tinggi dibandingkan 316L (karena Titanium mengikat kelebihan karbon), tetapi karena adanya Titanium, material ini tetap menawarkan ketahanan korosi antar-butir yang sangat baik bahkan setelah terpapar suhu tinggi dalam waktu lama. Hal ini menjadikan 1.4571 sering digunakan dalam aplikasi yang melibatkan suhu servis yang sangat tinggi, seperti pada komponen knalpot atau sistem pembuangan gas panas.
Keduanya unggul dalam ketahanan korosi pitting berkat kandungan Molibdenum. Namun, jika proyek Anda melibatkan pengelasan berat diikuti dengan servis pada suhu kamar atau sedikit di atasnya, **316L** adalah pilihan yang sangat efisien dan ekonomis.
Sebaliknya, jika aplikasi akhir melibatkan paparan suhu tinggi berkelanjutan (di atas 400°C) di mana stabilitas mikrostruktur harus dipertahankan secara absolut, **1.4571 (316Ti)** sering kali dipilih karena penstabilan termal yang diberikan oleh Titanium lebih unggul dalam rentang suhu tersebut.
Pilihan antara **AISI 316L** dan **1.4571** juga sering dipengaruhi oleh standar dan kode desain regional. Pabrikan yang beroperasi di bawah regulasi Eropa mungkin lebih sering merujuk pada spesifikasi EN 1.4571, sementara industri di Amerika Utara atau Asia mungkin lebih akrab dengan nomenklatur ASTM/AISI 316L. Kedua grade ini menjamin kinerja superior di lingkungan yang menantang, mulai dari industri farmasi, kimia, hingga kelautan.