Ilustrasi visualisasi material langka.
Akar bahar biru, atau dalam bahasa ilmiah seringkali merujuk pada beberapa jenis karang keras (Scleractinia), adalah salah satu harta karun tersembunyi dari kedalaman lautan. Material ini bukanlah akar tanaman dalam pengertian sesungguhnya, melainkan kerangka kalsium karbonat yang dibentuk oleh polip karang selama bertahun-tahun. Keunikan utamanya terletak pada pigmen alami yang memberikannya semburat warna biru pekat hingga nila, menjadikannya sangat dicari dalam dunia koleksi, seni ukir, dan bahkan pengobatan tradisional.
Berbeda dengan karang-karang lain yang cenderung berwarna cokelat atau krem setelah mati dan dipanen, pigmen biru pada akar bahar biru ini cenderung lebih stabil dan sulit hilang, meskipun proses pengeringan dan pemolesan yang intensif. Keindahan warna ini seringkali diperkuat melalui proses pewarnaan tambahan untuk menghasilkan intensitas yang dramatis, namun material alami dengan gradasi warna yang murni tetap menjadi standar tertinggi di kalangan para ahli.
Proses biologis pembentukan akar bahar biru membutuhkan ekosistem laut yang sangat spesifik. Karang ini tumbuh di perairan yang cukup dalam, seringkali di daerah terumbu karang yang minim cahaya matahari langsung, yang mungkin memengaruhi akumulasi pigmen tertentu. Pertumbuhannya sangat lambat; dibutuhkan waktu puluhan bahkan ratusan tahun bagi karang untuk mencapai ukuran yang signifikan dan layak untuk dipanen. Kecepatan pertumbuhan yang lambat ini turut menyumbang pada kelangkaan dan nilai ekonomi dari material ini.
Penemuan dan pemanenan akar bahar biru biasanya dilakukan oleh penyelam tradisional di lokasi-lokasi terpencil. Proses pengambilan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak struktur halus dari cabang-cabangnya yang rapuh. Setelah diangkat dari laut, material ini melalui proses pembersihan ekstensif untuk menghilangkan sisa-sisa organisme laut dan kemudian dikeringkan di bawah naungan untuk mencegah pemudaran warna akibat paparan sinar UV yang ekstrem.
Dalam konteks budaya dan seni, akar bahar biru telah lama dihormati. Di beberapa kebudayaan pesisir, material ini dipercaya memiliki kekuatan mistis atau perlindungan. Ukiran dari akar bahar seringkali dijadikan jimat atau benda pusaka. Sifatnya yang keras namun lentur ketika masih basah membuatnya sangat ideal untuk diukir menjadi bentuk-bentuk yang rumit, seperti patung miniatur dewa, figur hewan laut, atau bahkan hiasan pada gagang senjata tradisional.
Selain nilai seni, akar bahar biru juga diminati dalam dunia perhiasan. Potongan-potongan kecil dipoles hingga mengilap dan dijadikan liontin, cincin, atau gelang. Kombinasi warna biru gelapnya yang elegan berpadu indah dengan logam mulia seperti perak atau emas putih. Popularitasnya di pasar internasional terus meningkat, mendorong perlunya regulasi ketat mengenai keberlanjutan sumber daya laut ini.
Sayangnya, tingginya permintaan terhadap akar bahar biru menimbulkan isu konservasi yang serius. Penangkapan yang tidak berkelanjutan dapat mengancam populasi karang lokal. Banyak negara kini telah memberlakukan larangan atau pembatasan ketat terhadap ekspor dan impor material ini untuk melindungi ekosistem terumbu karang. Oleh karena itu, konsumen didorong untuk mencari produk yang berasal dari sumber yang terverifikasi dan etis, atau mempertimbangkan alternatif sintetis yang memiliki tampilan serupa namun tidak merusak lingkungan laut. Kesadaran akan pentingnya menjaga habitat laut menjadi kunci agar keindahan akar bahar biru dapat terus dinikmati oleh generasi mendatang.