Dalam dunia permata, istilah "akik berlian" sering kali memicu rasa penasaran. Apakah ini merujuk pada batu akik yang memiliki kejernihan atau kemilau layaknya berlian, ataukah ada jenis batu spesifik yang menyandang nama tersebut? Secara geologis, berlian adalah karbon murni, sedangkan akik (Agate) adalah varietas mikrokristalin kuarsa. Namun, dalam konteks kolektor batu mulia di nusantara, frasa "akik berlian" umumnya digunakan untuk mendeskripsikan batu akik tertentu yang memiliki karakter visual luar biasa—biasanya sangat bening, memiliki kekerasan tinggi, atau menunjukkan fenomena optik yang memukau, menyerupai transparansi kristal berlian yang mahal.
Penamaan batu mulia di Indonesia sering kali didasarkan pada analogi visual yang kuat dan mudah diingat. Ketika sebuah batu akik menunjukkan tingkat kejernihan (transparansi) yang sangat tinggi, bahkan mampu membiaskan cahaya dengan indah, masyarakat pencinta batu akan menjulukinya dengan sebutan yang merujuk pada batu mulia paling terkenal: berlian. Akik yang mendapat julukan "akik berlian" sering kali adalah jenis kuarsa yang sangat murni atau Chalcedony dengan inklusi minimal. Kekerasan batu ini, meskipun tidak setinggi berlian sejati, tetap memadai untuk penggunaan perhiasan sehari-hari, menjadikannya primadona di kalangan pemakai yang menginginkan kemewahan visual tanpa harus merogoh kocek terlalu dalam untuk berlian asli.
Faktor utama yang menarik minat pada jenis akik ini adalah kemampuannya menangkap dan memantulkan cahaya. Ketika dipoles dengan baik, akik berlian palsu ini dapat menghasilkan kilau yang disebut vitreous luster, yang sangat menyerupai kilauan berlian yang dipotong dengan sempurna. Proses pemolesan memegang peranan krusial; sedikit goresan atau ketidaksempurnaan pada permukaan dapat mengurangi ilusi kemewahan tersebut. Para penambang dan pengrajin batu terus mencari material mentah yang memiliki potensi kejernihan maksimal.
Penting untuk membedakan antara akik yang dijuluki berlian dengan berlian sesungguhnya. Berlian (Diamond) memiliki skala Mohs 10, sedangkan akik kuarsa hanya berada di angka 6.5 hingga 7. Perbedaan ini sangat signifikan dalam hal ketahanan gores dan nilai intrinsik. Meskipun demikian, pesona akik berlian tidak terletak pada nilai mineralnya yang fantastis, melainkan pada nilai estetik dan kulturalnya.
Batu akik dengan kemiripan berlian ini sering kali berasal dari berbagai daerah di Indonesia, tergantung komposisi mineralnya. Beberapa varietas yang populer dengan julukan ini meliputi kuarsa kristal yang sangat bersih atau bahkan beberapa jenis batu Chalcedony tertentu yang memiliki serat sangat halus. Nilai koleksi mereka seringkali ditentukan oleh faktor-faktor seperti:
Untuk menjaga agar akik yang memiliki kemiripan berlian ini tetap memancarkan pesonanya, perawatan yang tepat sangat diperlukan. Karena kekerasannya yang relatif lebih rendah dibandingkan berlian asli, akik ini rentan terhadap goresan dari material yang lebih keras seperti debu jalanan (yang mengandung kuarsa) atau perhiasan logam keras.
Perawatan terbaik adalah membersihkannya secara rutin menggunakan air hangat dan sabun lembut, serta menyikatnya dengan sikat gigi berbulu halus. Penting untuk menghindari paparan bahan kimia keras seperti pembersih rumah tangga atau klorin, yang dapat merusak permukaan batu seiring waktu. Selain itu, hindari menyimpan perhiasan akik berlian bersamaan dengan perhiasan keras lainnya, seperti cincin emas dengan berlian sungguhan, untuk mencegah gesekan yang tidak diinginkan. Dengan perawatan yang baik, pesona alami dari akik berlian ini akan tetap terjaga, memberikan kilau elegan yang dicari banyak penggemar batu mulia. Fenomena batu akik ini adalah cerminan kreativitas pasar yang selalu menemukan cara untuk mengapresiasi keindahan alam, bahkan melalui julukan metaforis yang memikat. Ini membuktikan bahwa daya tarik sebuah batu tidak selalu terletak pada harga mineralnya, tetapi pada cerita dan pesona visual yang disuguhkannya kepada pemakainya.