Ustadz Abdul Somad Batubara, atau yang akrab disapa UAS, adalah salah satu dai terkemuka di Indonesia yang memiliki pengaruh besar dalam sosialisasi ajaran Islam. Salah satu pilar utama dalam setiap ceramahnya adalah penekanan kuat terhadap **aqidah** atau dasar-dasar keimanan seorang Muslim. Bagi UAS, pemahaman yang kokoh mengenai aqidah adalah fondasi sebelum seorang Muslim mendalami fikih atau ibadah sehari-hari.
Dalam pandangan Ustadz Abdul Somad, aqidah yang benar adalah keyakinan teguh terhadap rukun iman, yang berlandaskan pada Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW sesuai pemahaman salaful ummah. Ia sering menekankan bahwa kesalahan dalam memahami konsep dasar ketuhanan atau kenabian akan berdampak besar pada keseluruhan praktik keagamaan seseorang. Ketika aqidah goyah, ibadah sebanyak apa pun akan sia-sia di mata Allah SWT.
Salah satu poin kritis yang sering diangkat dalam kajian **aqidah Abdul Somad** adalah bahaya kesyirikan dan bid’ah. Ia secara konsisten mengingatkan umat agar menjaga kemurnian tauhid—mengesakan Allah SWT tanpa persekutuan sedikit pun. Dalam konteks Indonesia yang majemuk, diskusi mengenai praktik-praktik ritual sering kali bersinggungan langsung dengan isu aqidah. UAS menyajikan penjelasannya dengan bahasa yang lugas dan historis, merujuk pada dalil-dalil shahih untuk menguatkan klaimnya mengenai apa yang dianggap sesuai syariat dan apa yang perlu dihindari karena termasuk dalam kategori bid’ah (inovasi dalam agama).
Fokus utama dalam pembahasan aqidah UAS hampir selalu kembali kepada Tauhid Rububiyyah, Uluhiyyah, dan Asma’ was-shifat. Ia mengajarkan bahwa seorang Muslim harus meyakini Allah sebagai satu-satunya Pencipta dan Pengatur alam semesta (Rububiyyah), hanya beribadah kepada-Nya (Uluhiyyah), serta meyakini nama-nama dan sifat-sifat Allah sebagaimana yang Dia tetapkan tanpa takyif (mencari tahu caranya), ta’thil (menolak sifat-sifat-Nya), tahrif (mengubah makna), atau tamtsil (menyerupakan-Nya dengan makhluk).
Pendekatan UAS dalam menjelaskan materi yang sering dianggap 'berat' ini adalah dengan membuatnya relevan dengan kehidupan kontemporer. Ia menggunakan analogi-analogi sederhana atau mengaitkannya dengan fenomena sosial yang terjadi di masyarakat. Tujuannya adalah memastikan bahwa pemahaman tentang keesaan Allah bukan hanya hafalan teoretis, melainkan menjadi landasan berpikir dan bersikap dalam menghadapi tantangan zaman. Bagi para pengikutnya, pengajian tentang **aqidah Abdul Somad** menjadi semacam 'penguat benteng' keimanan di tengah derasnya arus pemikiran yang beragam.
Selain membangun fondasi keimanan, ceramah UAS juga berfungsi sebagai koreksi terhadap pemahaman aqidah yang keliru. Ia sering kali mengupas tuntas berbagai mitos, takhayul, atau praktik sinkretisme yang mungkin telah mendarah daging dalam tradisi sebagian masyarakat, namun tidak memiliki dasar yang kuat dalam sumber-sumber primer Islam.
UAS mendorong umat untuk memiliki sikap kritis yang sehat, yaitu sikap kritis yang selalu kembali pada otoritas dalil, bukan pada otoritas tokoh atau tradisi semata. Sikap inilah yang ia proyeksikan sebagai bentuk kecintaan sejati kepada Rasulullah SAW, yaitu dengan mengikuti petunjuknya secara utuh. Oleh karena itu, kajian mengenai aqidah yang disampaikannya bukan sekadar ceramah normatif, tetapi seruan untuk kembali kepada kemurnian ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, yang menjadi poros utama dalam seluruh pemikiran keagamaan Ustadz Abdul Somad. Keyakinan ini, jika tertanam kuat, diyakini akan membawa ketenangan dan kebahagiaan hakiki di dunia maupun akhirat.