Dalam lanskap informasi yang cepat berubah, pemahaman mendalam mengenai prinsip-prinsip keyakinan (aqidah) menjadi sangat krusial. Bagi warga Nahdlatul Ulama (NU), landasan teologis yang dipegang teguh adalah Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah (Aswaja). Kehadiran internet dan kemudahan akses informasi telah membuka peluang baru untuk mempelajari dan memperkuat keyakinan ini secara online.
Mempererat pemahaman keagamaan melalui koneksi digital.
Aqidah Aswaja adalah akidah yang dipegang teguh oleh NU, yang bersumber pada pemahaman Salaf (pendahulu yang saleh) dan dikembangkan oleh ulama-ulama besar seperti Imam Abu Hasan al-Asy'ari (dalam ushul fiqh dan teologi) dan Imam Abu Manshur al-Maturidi (dalam teologi). Inti dari keyakinan ini adalah moderasi (tawassuth), toleransi (tasamuh), keseimbangan (i'tidal), serta penolakan terhadap ekstremisme kiri (syiah, jabariyah) maupun ekstremisme kanan (khawarij, wahabi/salafi taklid buta).
Secara teologis, Aswaja NU menganut paham Asy'ariyah dan Maturidiyah. Ini berarti dalam memahami sifat-sifat Allah, mereka menggunakan pendekatan tafwidh (menyerahkan hakikat makna tanpa menolak keberadaannya) atau ta'wil (interpretasi makna yang sesuai dengan keagungan Allah), berbeda dengan paham yang menafsirkan ayat-ayat mutasyabihat secara harfiah (tajsim).
Kini, akses terhadap materi keislaman yang sesuai dengan koridor Aswaja sangat dimungkinkan melalui platform online. Mulai dari kajian ustadz/kyai NU melalui kanal YouTube, webinar via Zoom, hingga artikel-artikel di situs resmi organisasi. Kemudahan ini menghilangkan hambatan geografis. Seseorang di pelosok desa kini dapat mengikuti kuliah kitab dari pesantren terkemuka di Jawa tanpa harus meninggalkan rumah.
Pembelajaran aqidah aswaja nu online memungkinkan proses penguatan iman yang berkelanjutan. Ketika muncul isu-isu teologis baru atau pemahaman menyimpang yang beredar cepat di media sosial, memiliki basis pengetahuan Aswaja yang kuat—yang didapat dari sumber-sumber terpercaya secara online—sangat penting sebagai benteng pertahanan intelektual. Ini bukan hanya sekadar menghafal dalil, tetapi memahami metodologi berpikir yang telah diwariskan para ulama.
Tantangan terbesar saat mengakses konten keagamaan online adalah filterisasi informasi. Tidak semua konten yang beredar valid. Oleh karena itu, dalam konteks aqidah aswaja nu, penting untuk memprioritaskan sumber-sumber yang memiliki sanad keilmuan yang jelas dan terafiliasi dengan institusi resmi NU.
Aswaja mengajarkan untuk berpikir kritis namun tetap menghormati otoritas keilmuan. Ketika menemukan sebuah pandangan baru, seorang pengikut Aswaja akan merujuknya kembali kepada kaidah ushul fikih dan ushuluddin yang telah mapan. Kajian online yang diselenggarakan oleh Lembaga Bahtsul Masail atau badan otonom NU seringkali menjadi rujukan utama untuk isu-isu kontemporer.
Melalui penguatan pemahaman aqidah aswaja nu online, diharapkan setiap Muslim Indonesia dapat memancarkan nilai-nilai Islam Rahmatan Lil 'Alamin. Internet menjadi sarana distribusi ajaran yang moderat, toleran, dan mencintai kebangsaan, sejalan dengan semangat NU yang selalu menyatukan iman dan NKRI.