Aturan Aqiqah Sesuai Sunnah: Panduan Lengkap

Kelahiran seorang anak adalah anugerah besar dari Allah SWT yang patut disyukuri. Salah satu bentuk syukur yang dianjurkan dalam Islam adalah melaksanakan ibadah Aqiqah. Aqiqah bukan sekadar tradisi, melainkan amalan sunnah muakkadah (sunnah yang sangat dianjurkan) yang memiliki tata cara dan ketentuan khusus berdasarkan ajaran Nabi Muhammad SAW.

Memahami aturan aqiqah sesuai sunnah sangat penting agar ibadah ini sah dan mengandung keberkahan maksimal. Berikut adalah panduan lengkap mengenai tata cara, waktu, dan ketentuan dalam melaksanakan aqiqah.

Apa Itu Aqiqah?

Secara etimologi, aqiqah berarti 'memutus rambut'. Dalam terminologi syariat, aqiqah adalah penyembelihan hewan ternak sebagai ungkapan rasa syukur atas kelahiran seorang anak. Hukum aqiqah menurut mayoritas ulama adalah sunnah muakkadah, yang berarti sangat dianjurkan untuk dilakukan oleh orang tua atau wali anak.

Syukur Kelahiran

Gambar simbolis ungkapan syukur atas kelahiran anak.

1. Jumlah Hewan yang Disembelih Sesuai Sunnah

Jumlah hewan yang disembelih memiliki ketentuan spesifik yang membedakan antara anak laki-laki dan perempuan, sesuai dengan hadis Nabi SAW:

Mayoritas ulama berpendapat bahwa hewan yang disyariatkan adalah kambing atau domba. Jika terdapat kesulitan, sebagian ulama membolehkan penggantian dengan unta atau sapi, namun dengan perhitungan yang berbeda (misalnya, satu unta atau satu sapi setara dengan tujuh ekor kambing dalam beberapa pandangan fiqih, namun untuk aqiqah standar kambing lebih diutamakan).

2. Ketentuan Hewan Aqiqah

Hewan yang akan disembelih harus memenuhi syarat yang sama dengan hewan kurban, di antaranya:

  1. Usia Hewan: Kambing/domba harus sudah mencapai usia yang sah untuk disembelih (biasanya sudah memasuki usia minimal satu tahun atau sudah berganti gigi).
  2. Kondisi Fisik: Hewan harus sehat, tidak cacat, tidak pincang, tidak buta, dan tidak sakit.
  3. Jenis Kelamin: Tidak ada batasan spesifik mengenai jenis kelamin kambing untuk aqiqah, meskipun beberapa ulama lebih menyukai hewan jantan untuk anak laki-laki, namun ini bukan syarat mutlak.

3. Waktu Pelaksanaan Aqiqah

Waktu yang paling utama dan sesuai sunnah untuk melaksanakan aqiqah adalah pada hari ketujuh kelahiran anak.

Ini didasarkan pada sabda Nabi Muhammad SAW. Jika karena alasan tertentu (misalnya kondisi keuangan) tidak dapat dilaksanakan pada hari ketujuh, maka dapat ditunda hingga hari keempat belas, atau maksimal hari kedua puluh satu setelah kelahiran.

Beberapa ulama menyatakan boleh dilakukan kapan saja setelah kelahiran, namun melaksanakan pada hari ketujuh tetap yang paling utama karena mengikuti praktik Nabi SAW.

4. Distribusi Daging Aqiqah

Setelah hewan disembelih, dagingnya tidak boleh dijual atau diperjualbelikan. Distribusi daging aqiqah umumnya dibagi menjadi tiga bagian, meskipun pembagian ini bersifat fleksibel:

Penting dicatat bahwa daging aqiqah disunnahkan untuk dibagikan dalam keadaan mentah kepada fakir miskin, sementara yang dimasak biasanya untuk dibagikan kepada kerabat dan dimakan sendiri.

5. Doa dan Tata Cara Penyembelihan

Saat menyembelih hewan aqiqah, hendaknya dilakukan dengan menyebut nama Allah (Bismillah) dan melafalkan doa khusus aqiqah. Disunnahkan bagi orang tua untuk mengucapkan doa perlindungan dan keberkahan bagi anaknya.

Prosesi aqiqah biasanya ditutup dengan mencukur rambut bayi (seberat rambutnya disedekahkan dalam bentuk perak atau emas) dan memberinya nama yang baik. Semua tahapan ini merupakan penegasan rasa syukur atas karunia yang telah Allah berikan.

Dengan mengikuti aturan aqiqah sesuai sunnah ini, diharapkan kelahiran anak membawa keberkahan, menjadi anak yang saleh/salehah, serta menjadi penyejuk hati kedua orang tuanya.

🏠 Homepage