Ilustrasi visualisasi klasifikasi jenis baja.
Dalam dunia metalurgi dan rekayasa material, pemahaman mendalam mengenai klasifikasi baja adalah fondasi utama. Salah satu sistem klasifikasi yang paling mendunia dan sering digunakan, terutama di Amerika Utara, adalah sistem yang dikembangkan oleh American Iron and Steel Institute (AISI). Lantas, apa sebenarnya baja AISI adalah dan mengapa sistem ini begitu krusial?
AISI adalah organisasi nirlaba yang didirikan oleh produsen baja Amerika Serikat untuk memajukan kepentingan industri baja. Meskipun AISI sendiri tidak secara langsung menetapkan standar wajib seperti ASTM atau ISO, mereka mengembangkan sistem penomoran yang sangat berpengaruh untuk mengidentifikasi komposisi kimia dari berbagai jenis baja. Sistem penomoran AISI seringkali digunakan secara bergantian dengan sistem SAE (Society of Automotive Engineers), sehingga seringkali kita melihat kode seperti AISI/SAE 1020.
Inti dari sistem AISI adalah penetapan kode numerik empat atau lima digit yang memberikan petunjuk cepat mengenai kandungan utama baja tersebut, khususnya kandungan karbon, paduan utama (seperti nikel, kromium, atau molibdenum), dan jenis dasarnya.
Pemahaman tentang bagaimana kode AISI dibentuk sangat penting untuk mengidentifikasi properti dasar material. Secara umum, kode AISI empat digit mengikuti struktur dasar berikut:
Sistem AISI mengkategorikan baja ke dalam beberapa kelompok besar berdasarkan komposisi kimianya:
Ini adalah kategori paling umum, ditandai dengan kode yang dimulai dengan '1'. Baja karbon murni (tanpa elemen paduan signifikan) diklasifikasikan sebagai baja karbon rendah (low carbon), sedang (medium carbon), atau tinggi (high carbon).
Baja paduan adalah baja yang ditambahkan elemen lain secara sengaja untuk meningkatkan sifat mekanik tertentu, seperti kekuatan, ketahanan aus, atau ketahanan terhadap suhu tinggi. Contoh kode paduan adalah '4xxx' untuk baja berbasis Molibdenum atau '8xxx' untuk baja berbasis Nikel-Kromium-Molibdenum.
Meskipun AISI juga mengklasifikasikan baja tahan karat (seringkali diawali dengan angka 2, 3, 4, 5, atau 6), dalam penggunaan modern, baja tahan karat lebih sering diidentifikasi menggunakan sistem UNS (Unified Numbering System) yang lebih komprehensif. Namun, kontribusi AISI dalam seri 300 (seri Austenitik, seperti 304 dan 316 yang mengandung Kromium dan Nikel) tetap menjadi landasan.
Penting untuk dicatat bahwa ketika membahas baja AISI adalah, seringkali muncul perbandingan dengan standar lain seperti EN (Eropa) atau JIS (Jepang). Sistem AISI/SAE sangat fokus pada komposisi kimia yang relatif sederhana dan dapat diandalkan untuk kebutuhan manufaktur massal. Sementara itu, standar Eropa (EN) atau ISO mungkin lebih fokus pada properti mekanik akhir atau proses produksi spesifik. Namun, karena kemudahan interpretasi komposisi, AISI tetap menjadi referensi utama di banyak bengkel dan pabrik.
Keakuratan dalam memilih material sangat menentukan keberhasilan suatu proyek rekayasa. Dengan menggunakan kode AISI, insinyur dan teknisi dapat:
Kesimpulannya, baja AISI adalah kerangka kerja sistematis yang memungkinkan industri global untuk mengidentifikasi, memproses, dan mendeskripsikan baja berdasarkan komposisi kimianya. Penguasaan kode ini adalah prasyarat dasar dalam setiap disiplin ilmu material.