Budidaya perikanan darat merupakan salah satu sektor penting dalam penyediaan sumber protein hewani yang berkelanjutan. Sektor ini mencakup kegiatan pemeliharaan ikan di lingkungan air tawar, seperti kolam, keramba jaring apung (KJA) di danau atau waduk, serta bak beton. Dengan permintaan pasar yang terus meningkat, penguasaan teknik budidaya yang tepat menjadi kunci keberhasilan para pelaku usaha.
Ilustrasi kegiatan budidaya perikanan darat di kolam.
Langkah awal yang krusial dalam budidaya perikanan darat adalah pemilihan lokasi. Ketersediaan sumber air yang memadai, kualitas air yang baik (pH netral, suhu optimal), serta aksesibilitas merupakan faktor penentu. Beberapa komoditas populer dalam budidaya darat meliputi ikan lele, nila, gurame, dan patin. Pemilihan jenis ikan harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan, permintaan pasar, serta modal yang dimiliki petambak.
Jika menggunakan kolam terpal atau beton, persiapan meliputi pengeringan, pembersihan, dan penyesuaian kapur pertanian untuk menetralkan pH tanah dan membunuh patogen. Proses ini sangat penting untuk mencegah penyakit pada benih ikan nantinya. Untuk sistem keramba, pastikan jaring terpasang dengan kuat dan terhindar dari predator. Setelah persiapan, kolam perlu diisi air dan didiamkan beberapa hari sebelum penebaran benih. Pengolahan air yang baik adalah fondasi dari budidaya yang sukses.
Kualitas benih sangat mempengaruhi hasil akhir. Benih harus sehat, ukuran seragam, dan berasal dari sumber terpercaya. Sebelum ditebar, lakukan aklimatisasi (penyesuaian suhu air) agar ikan tidak mengalami stres. Manajemen pakan memegang peranan terbesar dalam biaya operasional. Pemberian pakan harus sesuai dengan fase pertumbuhan ikan dan nafsu makannya, biasanya dilakukan 2-3 kali sehari. Hindari pemberian pakan berlebih yang dapat menurunkan kualitas air secara drastis.
Air adalah habitat utama ikan. Pengawasan ketat terhadap parameter kualitas air seperti oksigen terlarut (DO), amonia, nitrit, dan suhu wajib dilakukan secara rutin. Pergantian air parsial (sebagian) diperlukan jika terjadi penumpukan limbah organik. Sistem budidaya modern sering mengintegrasikan teknologi aerasi (penggembungan udara) untuk menjaga kadar oksigen tetap tinggi, terutama pada padat tebar yang tinggi. Pemantauan ini mencegah terjadinya gagal panen mendadak.
Budidaya perikanan darat rentan terhadap serangan hama seperti predator (ular, burung) dan penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau parasit. Pencegahan adalah kunci utama. Jaga kebersihan lingkungan budidaya, pastikan sirkulasi air lancar, dan berikan nutrisi yang seimbang. Apabila ditemukan gejala penyakit, segera isolasi ikan yang sakit dan konsultasikan dengan ahli perikanan untuk mendapatkan penanganan yang tepat, seringkali menggunakan probiotik atau obat-obatan herbal sebelum beralih ke antibiotik kimia.
Waktu panen ditentukan berdasarkan ukuran pasar yang ditargetkan. Untuk ikan konsumsi seperti lele, masa budidaya biasanya berkisar antara 2-4 bulan. Proses pemanenan harus dilakukan dengan hati-hati untuk meminimalkan stres pada ikan. Setelah panen, segera lakukan grading (pemisahan berdasarkan ukuran) sebelum didistribusikan ke pasar atau konsumen. Membangun jaringan pemasaran yang stabil akan memastikan hasil budidaya dapat dijual dengan harga optimal dan mengurangi risiko kerugian.