Panduan Lengkap Cara Menerima Akad Nikah

Akad nikah adalah momen sakral dalam pernikahan Islam. Proses ini bukan hanya tentang pengucapan janji suci, tetapi juga melibatkan serangkaian tahapan yang harus dipahami dengan baik, terutama bagi calon mempelai wanita (atau yang mewakilinya) saat prosesi ijab kabul berlangsung. Memahami cara menerima akad nikah dengan benar adalah kunci untuk memastikan sahnya pernikahan di mata agama dan hukum.

Memahami Peran dalam Akad Nikah

Dalam struktur akad nikah, terdapat dua pihak utama: pihak yang mengucapkan ijab (penyerahan/penawaran pernikahan) dan pihak yang mengucapkan qabul (penerimaan). Biasanya, wali nikah dari mempelai wanita yang akan mengucapkan ijab, dan calon mempelai pria yang akan mengucapkan qabul. Namun, dalam konteks "menerima akad nikah", kita akan fokus pada posisi mempelai wanita (atau perwakilannya) ketika ijab telah diucapkan oleh wali.

Meskipun dalam mazhab Syafi'i (yang umum di Indonesia) mempelai wanita tidak mengucapkan qabul secara langsung, pemahaman tentang proses ini tetap krusial. Peran utama mempelai wanita adalah memastikan bahwa wali yang mewakilinya telah memahami betul syarat dan ketentuan, serta memberikan izin penuh kepada wali untuk melangsungkan akad.

Akad Nikah

Visualisasi proses pengikatan janji suci.

Tata Cara Menerima Akad (Perspektif Wali/Perwakilan)

Karena secara fikih mayoritas ulama mensyaratkan qabul dilakukan oleh mempelai pria, maka "menerima akad nikah" bagi pihak wanita adalah proses memastikan bahwa wali telah melaksanakan ijab dengan benar dan sah. Berikut adalah langkah-langkah esensial:

1. Persiapan Izin dan Wali

Sebelum akad dimulai, mempelai wanita harus sudah memberikan izin penuh (tafwidhul qalb) kepada walinya (ayah kandung, atau penggantinya) untuk menikahkan dirinya. Pastikan wali yang hadir adalah wali nasab yang sah atau telah diberi kuasa sesuai syariat. Jika wali tidak hadir, harus ada dua orang saksi yang mengetahui penunjukan wali hakim.

2. Kehadiran dan Kesaksian

Meskipun mempelai wanita tidak mengucapkan qabul, kehadirannya (atau diwakili oleh wali) dalam majelis akad sangat penting. Pastikan ia berada di lokasi yang memungkinkannya mengetahui bahwa ijab telah terucap. Ini memastikan ia tidak mengingkari akad yang dilangsungkan atas namanya.

3. Mendengarkan Lafaz Ijab yang Jelas

Peran utama saat akad berlangsung adalah fokus mendengarkan lafaz ijab dari wali. Lafaz ini harus jelas, menggunakan bahasa yang dipahami, dan mengandung unsur penyerahan pernikahan ("Saya nikahkan engkau dengan putri saya, [Nama Wanita], dengan mas kawin [Mahar] tunai...").

4. Keheningan Saat Qabul Terjadi

Setelah ijab terucap, giliran mempelai pria mengucapkan qabul, seperti, "Saya terima nikahnya... dengan mas kawin tersebut tunai." Pada saat ini, pihak wanita (atau yang mewakili) harus diam dan menyimak. Tidak boleh ada interupsi atau keraguan. Menerima akad secara implisit berarti membiarkan proses sah tersebut terjadi tanpa halangan.

5. Doa dan Syukur

Setelah akad selesai dan dinyatakan sah oleh penghulu/saksi, momen berikutnya adalah doa. Ini adalah cara non-verbal terbaik untuk menerima dan mensyukuri rahmat pernikahan yang telah diselenggarakan.

Mengapa Kejelasan Proses Penting?

Kesalahan dalam proses akad, sekecil apapun, dapat berakibat fatal pada keabsahan pernikahan. Bagi calon mempelai wanita, meskipun tidak mengucapkan lafaz qabul, memahami alur ini menjamin bahwa hak-haknya sebagai istri telah dilindungi oleh tata cara syar'i. Keseriusan dalam mempersiapkan segala aspek, termasuk memastikan wali telah memahami tugasnya, adalah bentuk tanggung jawab dalam menerima ikatan suci ini.

Pastikan semua dokumen administrasi (seperti surat nikah atau bukti pencatatan sipil) telah disiapkan sesuai prosedur setelah akad lisan selesai dilaksanakan. Dengan persiapan matang dan pemahaman yang benar mengenai peran masing-masing pihak, akad nikah akan berjalan lancar dan diberkahi.

🏠 Homepage