Ilustrasi: Mengelola produksi air liur saat puasa.
Bulan puasa adalah momen spiritual yang menuntut pengendalian diri, termasuk menahan diri dari makan dan minum. Namun, salah satu tantangan fisik yang sering dialami oleh sebagian umat Muslim adalah produksi air liur (saliva) yang berlebihan. Kondisi ini seringkali membuat tenggorokan terasa penuh, bahkan menyebabkan dahak atau lendir yang mengganggu kekhusyukan ibadah, terutama saat shalat tarawih atau membaca Al-Qur'an.
Secara fisiologis, tubuh kita memproduksi air liur secara konstan untuk melumasi mulut, membantu pencernaan, dan membersihkan sisa makanan. Ketika kita berpuasa, produksi air liur tetap berjalan, namun mekanisme menelannya menjadi kurang otomatis dibandingkan saat kita makan atau minum. Beberapa faktor utama yang memicu produksi ludah berlebihan saat puasa antara lain:
Mengelola air liur yang terasa melimpah di siang hari memerlukan pendekatan yang holistik, fokus pada hidrasi dan kebiasaan mulut.
Kunci utama adalah menjaga keseimbangan cairan. Jangan menunggu haus untuk minum. Pastikan Anda minum minimal 8 gelas air putih di antara waktu berbuka hingga sahur. Hindari minuman manis atau berkafein yang justru meningkatkan frekuensi buang air kecil dan mempercepat dehidrasi.
Pilih makanan yang tidak terlalu merangsang produksi air liur. Kurangi makanan yang terlalu asam (seperti jeruk atau tomat dalam jumlah besar) atau terlalu pedas. Perbanyak asupan serat dan protein, serta pastikan makanan Anda tidak terlalu kering sehingga tidak memicu mulut untuk ‘memproduksi pelumas’ secara berlebihan.
Sikat gigi dan gunakan benang gigi secara teratur, terutama sebelum tidur. Sisa makanan atau bakteri yang tertinggal dapat memicu produksi saliva. Sikat gigi minimal dua kali sehari (setelah berbuka dan sebelum tidur).
Saat berpuasa, hindari kebiasaan mengunyah permen karet (meskipun tanpa gula) atau mengisap permen keras. Aktivitas ini mengirimkan sinyal ke otak bahwa makanan akan masuk, sehingga kelenjar ludah bekerja ekstra tanpa ada makanan yang perlu dicerna.
Jika Anda sudah merasakan lendir tebal mengganggu tenggorokan saat beribadah, ada beberapa cara yang bisa dilakukan tanpa membatalkan puasa:
Produksi ludah berlebih (hipersalivasi) biasanya bersifat sementara dan terkait dengan dehidrasi atau pola makan. Namun, jika kondisi ini sangat parah, disertai dengan rasa mual kronis, kesulitan menelan (disfagia), atau jika lendir berubah warna menjadi kehijauan, ini mungkin merupakan gejala dari kondisi medis seperti GERD yang membutuhkan penanganan profesional. Jangan biarkan ketidaknyamanan ini mengurangi kekhusyukan ibadah Anda di bulan suci.