Ilustrasi Ikan Nila (Simbolis)
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu komoditas perikanan air tawar yang paling populer dibudidayakan di Indonesia. Keberhasilan budidaya sangat bergantung pada ketersediaan benih berkualitas, yang mana hal ini dicapai melalui proses pemijahan yang terkontrol. Pemijahan yang tepat memastikan populasi ikan yang sehat dan pertumbuhan yang seragam.
Langkah awal yang krusial dalam pemijahan adalah pemilihan dan persiapan induk. Kualitas induk secara langsung menentukan kualitas benih yang dihasilkan. Idealnya, pemijahan nila dilakukan secara terkontrol (artifisial) untuk mendapatkan rasio jenis kelamin yang optimal dan menghindari perkawinan sedarah.
Induk nila yang baik harus berasal dari seleksi genetik yang teruji, bebas dari cacat fisik, dan memiliki pertumbuhan yang cepat. Pemilihan rasio antara jantan dan betina sangat penting, umumnya direkomendasikan rasio 1:2 hingga 1:3 (satu jantan berbanding dua atau tiga betina).
Sebelum dimasukkan ke kolam pemijahan, induk perlu menjalani proses conditioning selama kurang lebih 7 hingga 14 hari. Proses ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas telur (ovum) dan sperma (sperma). Induk diberi pakan berkualitas tinggi, kaya protein (minimal 30%), dan lingkungan air yang stabil.
Pemijahan nila dapat dilakukan secara alami di kolam atau secara semi-induksi/artifisial di bak pemijahan. Metode alami lebih mudah tetapi kontrol kualitasnya rendah.
Metode ini memanfaatkan kondisi kolam pemijahan yang disiapkan secara khusus. Kolam harus memiliki kedalaman air sekitar 50-80 cm, dilengkapi substrat seperti ijuk atau daun-daunan kering yang berfungsi sebagai tempat peletakan telur oleh induk betina. Setelah induk dimasukkan, mereka akan memijah secara mandiri.
Untuk mendapatkan kepastian waktu pemijahan dan mengontrol kualitas benih, hormon sering digunakan. Induk betina yang sudah matang gonad disuntik dengan ekstrak kelenjar hipofisa ikan yang matang gonad atau menggunakan hormon sintetik seperti Ovopel atau HCG.
Prosedur penyuntikan dilakukan di bagian otot punggung. Setelah penyuntikan, induk betina dan jantan dimasukkan ke bak pemijahan (hapas atau bak semen). Proses pemijahan biasanya terjadi dalam waktu 8-12 jam pasca penyuntikan.
Nila merupakan ikan yang mengerami telurnya sendiri di mulut (mouthbrooder). Setelah pemijahan terjadi, betina akan mengambil dan mengerami telurnya di mulutnya hingga menetas. Untuk tujuan produksi benih massal, telur perlu diambil dari mulut induk setelah 3-4 hari pengeraman.
Proses pengambilan telur ini disebut **stripping** atau pemijahan paksa, meskipun pada nila lebih sering dilakukan dengan mengambil telur dari mulut induk yang sudah menunjukkan tanda-tanda menetas. Telur yang diambil kemudian diinkubasi dalam wadah khusus dengan aerasi ringan sampai larva menetas sepenuhnya menjadi benih.
Kualitas air sangat menentukan keberhasilan pemijahan. Parameter air harus dijaga pada rentang optimal:
Pemberian pakan pada induk harus dihentikan 12-24 jam sebelum proses pemijahan untuk menjaga kebersihan air selama pelepasan sperma dan telur.
Meskipun memerlukan usaha lebih, pemijahan terkontrol atau induksi memberikan beberapa keuntungan signifikan bagi pembudidaya skala besar:
Dengan mengikuti langkah-langkah persiapan induk, teknik pemijahan yang tepat, dan menjaga kondisi lingkungan, keberhasilan dalam memproduksi benih ikan nila berkualitas tinggi dapat tercapai.