Kebutuhan akan sumber air bersih yang andal seringkali mendorong masyarakat, industri, dan pertanian untuk melakukan pengeboran. Namun, tidak semua sumur bor diciptakan sama. Pemilihan jenis sumur bor yang tepat sangat krusial, karena ini akan menentukan efisiensi pengambilan air, biaya konstruksi, dan keberlanjutan pasokan air dalam jangka panjang. Pemilihan ini didasarkan pada kondisi geologi setempat, kedalaman akuifer yang dituju, dan kapasitas air yang dibutuhkan.
Secara umum, metode pengeboran menentukan peralatan yang digunakan dan bagaimana lubang bor dibuat menembus berbagai lapisan tanah dan batuan. Tiga metode utama yang sering digunakan dalam konstruksi sumur bor meliputi:
Metode ini adalah yang paling umum dan serbaguna, terutama untuk pengeboran yang memerlukan kedalaman signifikan atau melalui formasi batuan yang relatif keras. Bor rotari menggunakan mata bor (drill bit) yang diputar pada kecepatan tinggi sambil memberikan tekanan ke bawah. Lumpur pengeboran (mud) dipompakan melalui batang bor untuk mendinginkan mata bor, membuang serpihan bor (cutting), dan menjaga stabilitas dinding lubang bor. Sumur jenis ini efektif untuk mencapai akuifer dalam.
Metode perkusi, atau sering disebut juga metode "Tambo" (di Indonesia), bekerja dengan cara memukul lapisan tanah secara berulang kali menggunakan alat pemberat yang terhubung ke tali atau pipa. Setelah mencapai kedalaman tertentu, alat ini diangkat lalu dijatuhkan kembali. Metode ini cocok untuk tanah lunak hingga sedang dan biasanya menghasilkan sumur dangkal hingga menengah. Kelemahannya adalah kecepatan pengeboran yang lambat dan kurang efisien jika bertemu batuan keras.
Teknik ini menggunakan mata bor spiral (auger) yang dimasukkan ke dalam tanah saat berputar, mirip dengan bor tangan raksasa. Auger berfungsi untuk mengangkat material bor keluar dari lubang secara bersamaan. Metode ini sangat cepat dan hemat biaya, namun terbatas pada formasi tanah lepas atau lunak dan tidak mampu menembus batuan keras atau formasi dengan kandungan air tinggi yang tidak stabil (dapat longsor). Umumnya digunakan untuk sumur dangkal.
Selain metode pembuatannya, sumur bor juga diklasifikasikan berdasarkan seberapa dalam mereka mencapai lapisan pembawa air (akuifer).
Sumur dangkal biasanya memiliki kedalaman kurang dari 20 meter. Sumur jenis ini hanya memanfaatkan lapisan akuifer pertama yang mudah dijangkau dari permukaan. Mereka rentan terhadap kontaminasi dari permukaan (seperti limbah domestik atau limpasan pertanian) karena tidak memiliki lapisan pelindung batuan yang memadai di atasnya. Sumur dangkal umumnya menggunakan metode bor perkusi atau auger.
Kedalamannya bervariasi, tetapi sering berkisar antara 20 hingga 60 meter. Sumur ini sering menembus lapisan batuan penutup yang memberikan perlindungan lebih baik terhadap kontaminan permukaan dibandingkan sumur dangkal. Metode rotari semi-permanen sering digunakan untuk mencapai zona ini.
Ini adalah jenis sumur bor yang paling andal dan tahan lama, seringkali mencapai kedalaman lebih dari 60 meter, bahkan hingga ratusan meter. Sumur dalam menargetkan akuifer tertekan (artesis) yang terperangkap di antara dua lapisan batuan kedap air (aquitard). Keuntungan utama sumur dalam adalah kualitas airnya yang umumnya lebih bersih, karena telah melalui proses filtrasi alami yang lebih baik melalui lapisan batuan. Pengeboran sumur dalam hampir selalu membutuhkan teknik bor rotari dengan casing (pipa pelindung) yang kuat.
Pemilihan jenis sumur bor harus selalu diawali dengan studi geolistrik atau investigasi geologi rekayasa. Data ini akan memberikan gambaran tentang ketebalan lapisan tanah, potensi zona akuifer, dan keberadaan batuan keras. Jika target air berada di kedalaman signifikan dan membutuhkan debit besar (misalnya untuk pabrik atau perumahan skala besar), investasi pada sumur bor rotari untuk sumur dalam adalah pilihan yang bijaksana, meskipun biaya awalnya lebih tinggi. Sebaliknya, untuk kebutuhan rumah tangga skala kecil di daerah dengan akuifer dangkal yang terjamin kebersihannya, metode yang lebih sederhana mungkin sudah memadai. Kunci keberhasilan proyek pengeboran terletak pada pemahaman mendalam mengenai arsitektur bawah permukaan di lokasi pengeboran.