Dunia flora menyimpan banyak keajaiban, dan salah satunya adalah kayu bahar putih. Material alami ini seringkali diselimuti aura misterius dan dianggap memiliki nilai spiritual atau metafisik yang tinggi di berbagai kebudayaan, terutama di Asia Tenggara. Berbeda dengan kayu pada umumnya yang berwarna cokelat gelap, warna putih pucat atau gadingnya menjadikannya unik dan mudah dikenali.
Secara botani, istilah "kayu bahar" merujuk pada beberapa jenis kayu yang dikenal sangat keras, padat, dan memiliki ketahanan luar biasa terhadap pembusukan. Namun, varian putih ini secara spesifik sering dikaitkan dengan jenis tertentu yang jarang ditemukan atau berasal dari daerah geografis yang spesifik. Kelangkaan ini otomatis meningkatkan nilai jual dan daya tariknya bagi para kolektor benda pusaka atau kerajinan tangan eksklusif.
Ilustrasi visual dari tekstur Kayu Bahar Putih.
Daya tarik utama kayu bahar putih tidak hanya terletak pada keindahan fisiknya, tetapi juga pada legenda yang menyelimutinya. Dalam tradisi tertentu, kayu ini dipercaya berasal dari pohon yang sangat tua yang tumbuh di tempat-tempat sakral. Ada keyakinan bahwa kayu ini memiliki energi alam yang kuat.
Salah satu mitos paling umum adalah kemampuannya menolak energi negatif atau menangkal santet. Oleh karena itu, material ini sering diolah menjadi cincin, gelang, atau tongkat kecil yang dibawa sebagai jimat perlindungan diri. Dipercaya bahwa sentuhan langsung dengan kulit dapat membantu menstabilkan emosi dan memberikan ketenangan batin bagi pemakainya. Meskipun klaim ini sulit dibuktikan secara ilmiah, nilai kultural dan psikologis yang melekat padanya sangatlah nyata bagi para penganutnya.
Selain sebagai pelindung, ada pula pandangan bahwa kayu bahar putih dapat meningkatkan keberuntungan atau kemakmuran, terutama jika digunakan dalam perabotan atau ornamen rumah yang diletakkan di posisi strategis. Keotentikannya seringkali menjadi perdebatan, mengingat banyaknya imitasi yang beredar di pasaran.
Secara fisik, kayu bahar putih memiliki kepadatan yang sangat tinggi, membuatnya tenggelam ketika dimasukkan ke dalam air—sebuah ciri khas yang sering digunakan untuk membedakannya dari kayu biasa. Teksturnya ketika dipoles bisa sangat halus dan dingin saat disentuh. Warna putihnya seringkali tidak homogen; ia bisa menampilkan corak urat kayu yang samar berwarna krem muda atau bahkan sedikit keabuan, tergantung spesies aslinya.
Proses pengolahan kayu ini membutuhkan keahlian tinggi. Karena kekerasannya, pemotongan dan pembentukan memerlukan alat yang tajam dan proses yang lambat agar kayu tidak retak atau pecah. Untuk mendapatkan kilau terbaik, kayu ini biasanya dipoles menggunakan bahan abrasif halus, seringkali tanpa pernis tambahan, agar keaslian serat alaminya tetap terlihat. Pengrajin profesional sangat menghargai kemampuan kayu ini untuk mempertahankan bentuk ukiran yang rumit bahkan dalam ukuran yang sangat kecil.
Kelangkaan adalah faktor utama yang mendorong tingginya nilai kayu bahar putih. Pohon penghasil kayu ini umumnya tumbuh sangat lambat dan hanya ditemukan di habitat hutan primer yang kini semakin terancam oleh deforestasi. Akibatnya, pasokan material ini sangat terbatas dan sangat dikontrol.
Di pasar kolektor, harga kayu bahar putih asli bisa melambung tinggi, terutama jika terbukti keasliannya melalui pengujian laboratorium atau memiliki sertifikasi asal usul yang jelas. Harga ini dipengaruhi oleh ukuran, kualitas serat, dan apakah kayu tersebut memiliki "khodam" atau energi yang diklaim oleh penjual. Bagi para penggemar, investasi pada kayu bahar putih dianggap bukan hanya membeli material, tetapi juga memiliki sepotong warisan alam yang langka.
Mengingat tingginya permintaan dan terbatasnya sumber daya alam, upaya konservasi menjadi sangat penting agar kayu bahar putih tidak punah sebelum misterinya terungkap sepenuhnya oleh ilmu pengetahuan modern. Perburuan terhadap material eksotis ini terus berlanjut, memperkuat statusnya sebagai salah satu kayu paling dicari di dunia kerajinan dan koleksi benda bernilai.