Bagi umat Muslim yang menjalankan ibadah puasa, menjaga diri dari segala yang membatalkan puasa adalah prioritas utama. Salah satu kondisi yang seringkali mengganggu dan menimbulkan kekhawatiran adalah produksi air liur atau ludah yang berlebihan di dalam mulut. Kondisi ini, yang dalam istilah medis dikenal sebagai ptialism atau hipersalivasi, dapat membuat seseorang merasa tidak nyaman dan khawatir jika tidak sengaja tertelan.
Ludah berfungsi penting untuk melumasi mulut, membantu pencernaan awal, dan membersihkan partikel makanan. Produksi normal ludah adalah sekitar 0,5 hingga 1,5 liter per hari. Namun, ketika jumlahnya terasa sangat banyak, apalagi saat sedang berpuasa, hal ini bisa menjadi tantangan tersendiri.
Peningkatan produksi ludah saat puasa sering kali tidak disebabkan oleh peningkatan jumlah produksi yang sebenarnya, melainkan karena perubahan kebiasaan dan sensasi di dalam mulut. Beberapa faktor pemicunya antara lain:
Saat tidak berpuasa, kita secara otomatis menelan ludah berkali-kali dalam satu jam tanpa disadari. Saat berpuasa, banyak orang secara sadar atau tidak sadar berusaha mengurangi frekuensi menelan agar tidak membatalkan puasa. Akibatnya, ludah menumpuk di mulut, menimbulkan sensasi penuh dan berlebihan.
Meskipun terlihat paradoks, dehidrasi ringan yang terjadi selama jam puasa dapat mempengaruhi keseimbangan cairan dalam tubuh. Tubuh mungkin bereaksi dengan memproduksi lebih banyak air liur sebagai mekanisme pelumas, terutama jika seseorang mulai merasa tenggorokan kering.
Salah satu penyebab umum ludah berlebihan adalah naiknya asam lambung (GERD) atau mual. Saat asam lambung naik ke kerongkongan, tubuh secara refleks meningkatkan produksi air liur (sering disebut "water brash") untuk menetralkan asam tersebut. Kondisi ini sering terjadi saat perut kosong dalam jangka waktu lama.
Melihat, membayangkan, atau mencium aroma makanan lezat, terutama menjelang waktu berbuka, adalah pemicu alami produksi ludah. Jika seseorang banyak memikirkan makanan selama puasa, mulut akan merespons dengan memproduksi lebih banyak ludah.
Ini adalah poin krusial bagi banyak orang. Dalam pandangan mayoritas ulama, menelan air liur yang sudah berada di dalam mulut (bukan air yang ditambahkan dari luar) umumnya tidak membatalkan puasa, meskipun jumlahnya banyak, asalkan hal tersebut terjadi tanpa sengaja (tanpa ditelan secara sadar dan berlebihan).
Namun, jika seseorang sengaja mengumpulkan ludah yang banyak lalu menelannya dengan kesadaran penuh, beberapa mazhab berpendapat bahwa hal itu dapat membatalkan puasa karena dianggap memasukkan sesuatu ke dalam rongga tubuh secara sengaja. Oleh karena itu, kehati-hatian dianjurkan.
Mengelola rasa tidak nyaman akibat ludah menumpuk tanpa harus membatalkan puasa memerlukan pendekatan yang bijaksana:
Jika ludah berlebihan disertai dengan gejala lain yang mengganggu, seperti rasa terbakar di dada, kesulitan menelan, atau jika produksi ludah sangat ekstrem hingga mengganggu aktivitas sehari-hari bahkan di luar jam puasa, ini mungkin bukan sekadar respons puasa biasa.
Kondisi ini bisa jadi merupakan gejala dari masalah pencernaan kronis, efek samping obat-obatan tertentu, atau kondisi neurologis. Dalam kasus seperti ini, sangat penting untuk berkonsultasi dengan profesional medis setelah Ramadhan berakhir atau saat berbuka untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.
Pada intinya, ludah berlebihan saat puasa seringkali adalah sensasi akibat kebiasaan menahan diri. Dengan menjaga hidrasi dan mengelola pemicu lingkungan, Anda dapat menjalani ibadah puasa dengan lebih tenang dan nyaman.