Mata pelajaran Akidah Akhlak di kelas 10 semester 2 berfokus pada pendalaman pemahaman dasar-dasar keimanan (akidah) dan implementasinya dalam perilaku sehari-hari (akhlak). Akidah adalah fondasi keyakinan seorang muslim terhadap Allah SWT, rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, hari akhir, dan qada qadar. Sementara akhlak adalah manifestasi dari akidah tersebut dalam bentuk perbuatan, ucapan, dan sikap.
Semester kedua biasanya mengulas topik-topik yang lebih aplikatif, mendorong siswa untuk tidak hanya mengetahui teori keimanan, tetapi juga merasakan dampaknya dalam pembentukan karakter yang Islami. Pemahaman yang kuat dalam kedua aspek ini sangat krusial untuk membangun individu yang memiliki integritas dan moralitas yang luhur.
Materi akidah semester ini sering kali menekankan pada aspek-aspek yang memerlukan perenungan mendalam mengenai keesaan Allah dan konsekuensi iman terhadap takdir.
Pemahaman yang seimbang antara ketiga jenis tauhid ini membentuk landasan akidah yang kokoh, menjauhkan diri dari segala bentuk syirik.
Materi ini menguatkan keyakinan akan adanya kehidupan setelah kematian. Pembahasan meliputi tahapan setelah kematian, seperti alam barzakh, hari kebangkitan (yaumul ba'ts), hisab (perhitungan amal), mizan (timbangan), dan penentuan tempat kembali, yaitu surga atau neraka. Materi ini berfungsi sebagai pengingat bahwa setiap perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban.
Fokus akhlak semester kedua sering kali beralih ke interaksi sosial dan etika dalam menghadapi tantangan kehidupan modern.
Akhlak yang baik tidak hanya terbatas pada ibadah ritual semata, tetapi harus tampak dalam hubungan antarmanusia (hablum minannas).
Bagian ini membahas bahaya dari perilaku yang merusak diri dan masyarakat:
Inti dari pembelajaran Akidah Akhlak semester 2 adalah menyadari bahwa akidah yang benar pasti akan menghasilkan akhlak yang mulia. Seseorang yang meyakini sepenuhnya kekuasaan Allah (Tauhid Rububiyah) akan menjalani hidup dengan penuh rasa syukur, tawakal, dan sabar dalam menghadapi ujian. Sebaliknya, akhlak yang baik merupakan bukti otentik kebenaran akidah yang dianut.
Misalnya, keyakinan pada Hari Perhitungan (Iman bil Yaumil Akhir) secara otomatis akan memotivasi seseorang untuk bersikap jujur, tidak menipu, dan rajin beribadah, karena ia sadar bahwa semua tindakannya sedang dicatat dan akan dipertanggungjawabkan di hadapan Sang Pencipta. Pembentukan karakter Islami yang utuh memerlukan keseimbangan dan kesatuan antara apa yang diyakini dalam hati (akidah) dan apa yang diamalkan dalam tindakan (akhlak).