Rencana Pembelajaran Semester (RPS) untuk mata kuliah Akidah Akhlak merupakan dokumen fundamental yang memandu proses pendidikan dan pengajaran. Mata kuliah ini memegang peranan krusial dalam membentuk landasan spiritual dan moral mahasiswa, memastikan bahwa pemahaman keimanan (akidah) selaras dengan manifestasi perilaku sehari-hari (akhlak). Dalam konteks pendidikan modern, RPS harus dirancang secara komprehensif agar relevan dengan tantangan zaman.
RPS Akidah Akhlak biasanya mencakup beberapa komponen inti yang terstruktur. Komponen pertama adalah deskripsi mata kuliah, yang menjelaskan bobot SKS, prasyarat (jika ada), dan capaian pembelajaran mata kuliah (CPMK). CPMK adalah target kompetensi yang harus dicapai mahasiswa, baik dari aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik, khususnya yang berkaitan dengan penguatan iman dan pembentukan karakter.
Materi pembelajaran dalam RPS Akidah Akhlak harus terbagi secara logis. Sesi awal sering kali berfokus pada dasar-dasar akidah, seperti pengenalan tauhid, rukun iman, dan hakikat keimanan. Pemahaman konsep ini menjadi pondasi sebelum masuk ke ranah aplikasi. Setelah fondasi akidah kokoh, materi akan beralih ke aspek akhlak. Ini mencakup pembahasan tentang akhlak terpuji (mahmudah) seperti jujur, sabar, dan tawadhu, serta akhlak tercela (madzmumah) yang harus dihindari.
Pengembangan RPS juga menekankan integrasi antara teori dan praktik. Misalnya, setelah membahas konsep sabar, dosen diharapkan dapat memberikan studi kasus atau kegiatan refleksi yang mendorong mahasiswa untuk menginternalisasi nilai kesabaran dalam kehidupan nyata mereka. Keseimbangan antara dimensi keilmuan dan dimensi spiritual inilah yang membuat mata kuliah ini unik.
Efektivitas penyampaian materi Akidah Akhlak sangat bergantung pada metode pembelajaran yang dipilih. RPS yang baik akan mencantumkan variasi metode, tidak hanya ceramah. Metode diskusi kelompok, studi kasus, analisis teks keagamaan, dan proyek berbasis pelayanan masyarakat sangat dianjurkan. Metode ini membantu mahasiswa tidak hanya menghafal dalil, tetapi juga merenungkan implikasi etis dari ajaran tersebut.
Asesmen dalam Akidah Akhlak tidak bisa hanya mengandalkan ujian tertulis. RPS harus menggarisbawahi pentingnya penilaian formatif dan sumatif yang mengukur perubahan perilaku. Selain ujian tengah semester dan akhir semester, bobot penilaian dapat dialokasikan untuk observasi perilaku di kelas, presentasi kelompok mengenai solusi masalah moral kontemporer, dan portofolio refleksi pribadi. Pengukuran aspek afektif memerlukan instrumen penilaian yang valid dan reliabel, misalnya melalui jurnal refleksi mingguan yang diperiksa secara berkala.
Di era disrupsi informasi ini, RPS Akidah Akhlak perlu memasukkan isu-isu kontemporer. Bagaimana iman diuji oleh hoaks? Bagaimana akhlak Islami diterapkan dalam interaksi media sosial? RPS harus mampu mempersiapkan mahasiswa menghadapi tantangan etika digital. Integrasi topik seperti moderasi beragama, toleransi lintas iman, dan tanggung jawab sosial digital harus menjadi bagian integral dari silabus. Dengan demikian, lulusan tidak hanya cerdas secara akademis tetapi juga memiliki integritas moral yang kuat dan relevan dalam konteks global.
Perancangan ulang RPS yang adaptif ini menjamin bahwa Akidah Akhlak tetap menjadi mata kuliah yang hidup, bukan sekadar hafalan doktrinal masa lalu. Dokumen ini berfungsi sebagai kompas bagi dosen dan mahasiswa untuk mencapai tujuan pendidikan karakter yang holistik, menjadikan iman sebagai penggerak utama dalam setiap tindakan.