Waktu Ideal Pelaksanaan Aqiqah

Aqiqah merupakan salah satu sunnah muakkadah (sunnah yang sangat dianjurkan) dalam Islam, yaitu penyembelihan hewan sebagai wujud syukur atas kelahiran seorang anak. Prosesi ini memiliki nilai spiritual dan sosial yang mendalam. Namun, pertanyaan yang sering muncul di kalangan orang tua baru adalah, sampai umur berapa aqiqah itu sebaiknya dilaksanakan?

Memahami batasan waktu pelaksanaan aqiqah sangat penting agar ibadah ini sah dan sesuai dengan tuntunan syariat. Secara umum, mayoritas ulama sepakat bahwa waktu terbaik untuk melaksanakan aqiqah adalah pada hari ketujuh setelah kelahiran bayi.

Waktu Terbaik: Hari Ketujuh

Hari ketujuh adalah waktu yang paling utama dan paling sering dijadikan acuan. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengajarkan bahwa aqiqah dilakukan pada hari ketujuh, keempat belas, atau kedua puluh satu. Pelaksanaan pada hari ketujuh menunjukkan kesegeraan orang tua dalam menunaikan hak syukur atas anugerah terindah dari Allah SWT.

Simbol Aqiqah dan Perayaan Kelahiran Syukur Kelahiran

Bagaimana Jika Terlambat dari Hari Ketujuh?

Terkadang, karena berbagai pertimbangan seperti kondisi ibu pasca melahirkan, kondisi keuangan, atau kesulitan mendapatkan hewan kurban, pelaksanaan aqiqah bisa tertunda. Pertanyaan selanjutnya, sampai umur berapa aqiqah itu masih dianggap sah?

Dalam mazhab Syafi'i dan mayoritas pandangan, meskipun hari ketujuh adalah yang paling utama, aqiqah tetap dianjurkan untuk dilaksanakan sebelum anak memasuki usia baligh atau sebelum ia mencapai usia dewasa. Jika terlewat dari hari ketujuh, boleh dilaksanakan pada hari ke-14, atau hari ke-21, sesuai dengan hadis yang menyebutkan tiga opsi waktu tersebut.

Jika hingga usia anak menginjak tujuh tahun (sebelum baligh) aqiqah belum terlaksana, banyak ulama menyarankan agar orang tua tetap melakukannya. Ini menunjukkan bahwa waktu pelaksanaan aqiqah relatif fleksibel, meskipun keberkahan waktu terbaiknya akan hilang.

Pendapat Ulama Mengenai Batas Akhir Usia Aqiqah

Secara ketat, tidak ada batasan usia pasti yang menyatakan aqiqah menjadi batal jika lewat dari tanggal tersebut, selama anak belum baligh. Namun, jika anak sudah mencapai usia baligh (dewasa), pelaksanaannya menjadi berbeda pandangan:

Hikmah di Balik Penentuan Waktu

Penentuan waktu dalam ibadah seringkali mengandung hikmah mendalam. Mengapa hari ketujuh begitu ditekankan? Salah satu alasannya adalah karena pada hari-hari awal kehidupan, kondisi ibu dan bayi masih dalam masa adaptasi dan pemulihan. Memberi jeda tujuh hari memberikan waktu bagi ibu untuk memulihkan diri dan memungkinkan bayi beradaptasi dengan lingkungan luar rahim.

Selain itu, pada hari ketujuh, bayi sudah secara umum dianggap lebih kuat. Pelaksanaan aqiqah juga seringkali disertai dengan penamaan anak, yang mana penamaan yang baik merupakan hak pertama anak atas orang tuanya.

Kesimpulan Mengenai Batas Waktu

Untuk menjawab secara ringkas pertanyaan sampai umur berapa aqiqah itu dilaksanakan:

  1. Waktu Ideal: Hari ketujuh kelahiran.
  2. Waktu Fleksibel: Hari ke-14 atau ke-21 jika hari ketujuh terlewat.
  3. Batas Maksimal (Idealnya): Sebelum anak mencapai usia baligh (dewasa), idealnya di tahun-tahun awal kehidupannya (misalnya sebelum usia 7 tahun).

Intinya, menunda pelaksanaan aqiqah tidak membatalkan sunnahnya secara mutlak selama anak masih kecil, namun jangan menunda hingga anak dewasa. Segera laksanakan setelah kondisi memungkinkan demi meraih keberkahan penuh dari ibadah syukur ini.

🏠 Homepage