Representasi visual fondasi keimanan dalam Islam.
Aqidah dalam Islam merujuk pada keyakinan atau kepercayaan fundamental yang menjadi landasan utama bagi seorang Muslim. Ini adalah inti dari agama, seperangkat prinsip yang harus diyakini dengan sepenuh hati dan tanpa keraguan sedikit pun. Memahami tingkatan aqidah membantu seorang Muslim memperkuat fondasi imannya dan membedakan antara keyakinan yang pasti dan pemahaman yang bersifat interpretatif. Aqidah yang kokoh adalah sumber ketenangan batin dan panduan dalam menjalani kehidupan sesuai ajaran syariat.
Secara universal, aqidah Islam didasarkan pada enam Rukun Iman, yang merupakan tingkatan paling dasar dan wajib diimani oleh setiap Muslim. Keenam pilar ini saling terkait erat dan membentuk kesatuan keyakinan yang utuh:
Selain enam rukun di atas yang merupakan tingkatan formal, para ulama sering membagi tingkatan pemahaman dan implementasi iman (aqidah) menjadi tiga level utama yang saling membangun, seringkali dikaitkan dengan terminologi "Iman, Islam, Ihsan," namun fokus pada aspek keyakinan ini mengacu pada kedalaman penghayatan:
Ini adalah tingkatan paling awal, yaitu mengetahui secara intelektual apa yang harus diimani berdasarkan dalil-dalil yang sahih dari Al-Qur'an dan As-Sunnah. Seseorang pada tingkatan ini mengetahui kebenaran aqidah, namun mungkin belum sepenuhnya tertanam dalam hati atau belum mengakar kuat dalam tindakan sehari-hari. Ini adalah tahap pengenalan konsep dasar tauhid dan rukun iman.
Setelah mengetahui secara ilmu, tingkatan selanjutnya adalah menerima dan mengamalkan keyakinan tersebut dalam praktik hidup. Pada level ini, keyakinan mulai bergerak dari sekadar pengetahuan lisan menjadi penerimaan hati (tasdiq) yang memengaruhi perilaku. Muslim mulai konsisten dalam melaksanakan ibadah mahdhah (ritual formal) yang merupakan manifestasi dari aqidah mereka. Mereka mulai merasa tenang karena telah tunduk pada kebenaran yang diyakininya.
Ini adalah puncak dari penguatan aqidah. Pada tingkatan ini, keyakinan tidak hanya diketahui dan diamalkan, tetapi telah menyatu dalam jiwa, menghasilkan ketenangan hati (yakîn) yang mendalam. Segala bentuk cobaan atau keraguan duniawi sulit menggoyahkan fondasi imannya karena ia telah merasakan manisnya iman. Penghayatan ini seringkali memuncak pada tingkatan Ihsan, yaitu beribadah seolah-olah melihat Allah. Aqidah pada level ini menjadi filter utama dalam memandang setiap realitas kehidupan.
Aqidah yang kuat berfungsi sebagai benteng pertahanan spiritual seorang Muslim. Di tengah arus pemikiran modern dan tantangan ideologis, pemahaman yang jelas mengenai tingkatan aqidah memastikan bahwa individu tidak mudah terombang-ambing oleh keyakinan yang menyimpang. Mempelajari dan mengkaji ulang secara berkala fondasi keimanan adalah sebuah kewajiban agar iman tidak mengalami kemerosotan, melainkan terus mengalami pembaharuan dan pendalaman, sejalan dengan bertambahnya usia dan pengalaman hidup.