Kondisi di mana air ludah terasa berlebihan atau terus keluar (hipersalivasi atau sialorea) adalah masalah umum yang dapat mengganggu kenyamanan sehari-hari. Meskipun produksi air liur adalah fungsi normal tubuh untuk membantu pencernaan dan menjaga kebersihan mulut, peningkatan produksi yang signifikan tentu memerlukan perhatian. Ada berbagai penyebab mendasarinya, mulai dari masalah sederhana hingga kondisi medis yang lebih kompleks.
Air liur diproduksi oleh kelenjar ludah. Ketika produksi berlebihan, atau ketika kemampuan menelan terganggu, sensasi air ludah keluar terus menerus akan muncul. Beberapa penyebab utama meliputi:
Penyebab paling umum adalah Penyakit Refluks Gastroesofageal (GERD). Asam lambung yang naik kembali ke kerongkongan dapat memicu respons refleks tubuh. Tubuh merespons asam tersebut dengan memproduksi air liur ekstra sebagai upaya alami untuk menetralkan asam yang naik. Jika Anda sering merasa mual atau sensasi terbakar di dada bersamaan dengan air liur berlebih, GERD kemungkinan besar menjadi penyebabnya.
Beberapa jenis obat dapat memiliki efek samping yang meningkatkan produksi air liur. Ini sering terjadi pada obat-obatan yang mempengaruhi sistem saraf, seperti obat untuk kondisi kejiwaan tertentu, atau obat-obatan tertentu yang digunakan untuk mengobati penyakit Alzheimer. Selalu konsultasikan dengan dokter Anda mengenai daftar obat-obatan yang Anda konsumsi.
Infeksi di dalam mulut, seperti tonsilitis, sariawan yang parah, atau gigi berlubang yang meradang, dapat merangsang kelenjar ludah. Selain itu, penggunaan kawat gigi atau gigi palsu yang tidak pas juga bisa menjadi iritan lokal yang memicu produksi air liur lebih banyak.
Pada kasus yang lebih jarang, air liur keluar terus menerus dapat terkait dengan gangguan neurologis yang memengaruhi kemampuan mengendalikan otot-otot wajah dan menelan, seperti kondisi pasca-stroke, atau kondisi seperti Bell's Palsy atau Parkinson. Hal ini menyebabkan air liur menumpuk karena kesulitan menelan secara efektif.
Mengatasi masalah ini harus dimulai dengan mengidentifikasi akar permasalahannya. Langkah-langkah penanganan bervariasi tergantung pada diagnosis dokter.
Jika GERD adalah penyebabnya, fokus utama adalah mengelola asam lambung. Hindari makanan pemicu seperti makanan pedas, asam, atau berlemak tinggi. Mengonsumsi obat antasida atau penghambat pompa proton sesuai anjuran dokter dapat sangat membantu mengurangi iritasi yang memicu hipersalivasi.
Pastikan Anda menyikat gigi dua kali sehari dan menggunakan benang gigi. Berkumur dengan larutan air garam hangat dapat membantu meredakan peradangan ringan di mulut atau tenggorokan. Kunjungi dokter gigi secara rutin untuk memastikan tidak ada iritasi lokal yang kronis.
Untuk kasus yang terkait dengan kesulitan menelan (disfagia), terapi wicara atau terapis fisik mungkin merekomendasikan latihan menelan. Latihan ini bertujuan untuk memperkuat otot-otot yang terlibat dalam proses menelan, sehingga meminimalkan air liur yang tertumpah keluar.
Dalam kasus yang parah dan persisten, dokter mungkin merekomendasikan pengobatan yang bertujuan mengurangi produksi air liur (misalnya, obat antikolinergik) atau, dalam beberapa situasi klinis tertentu, prosedur seperti injeksi Botox ke kelenjar ludah untuk mengurangi fungsinya secara sementara.
Jangan abaikan jika kondisi air ludah keluar terus menerus ini mengganggu kualitas hidup Anda. Meskipun seringkali bukan kondisi darurat, konsultasi dengan dokter umum atau spesialis THT (Telinga, Hidung, Tenggorokan) sangat penting untuk mendapatkan diagnosis yang akurat dan rencana perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan kesehatan Anda.