Memahami Pilar Akidah Menurut Ustadz Adi Hidayat

Simbol Pemahaman dan Ilmu Sebuah ikon sederhana yang merepresentasikan buku terbuka di bawah cahaya atau bintang, melambangkan ilmu dan kebenaran.

Ustadz Adi Hidayat, Lc., M.A. merupakan salah satu figur ulama kontemporer Indonesia yang sangat populer. Ceramah-ceramahnya yang padat ilmu, didukung dengan rujukan otentik dari Al-Qur'an dan Sunnah, seringkali menyentuh pembahasan fundamental dalam ajaran Islam. Salah satu fokus utama dalam kajian beliau adalah penguatan akidah atau keimanan. Akidah adalah fondasi yang menopang seluruh bangunan praktik keagamaan seorang Muslim.

Hakikat Tauhid dan Maknanya

Inti dari akidah Islam adalah Tauhid, yaitu keyakinan teguh akan keesaan Allah SWT dalam segala aspek-Nya: Zat, Sifat, Asma' (Nama), dan Perbuatan. Dalam berbagai kesempatan kajiannya, Adi Hidayat menekankan pentingnya memahami Tauhid bukan hanya secara tekstual, tetapi juga dalam konteks aplikatif kehidupan sehari-hari. Beliau sering mengulas bahwa kesalahan dalam memahami Tauhid—baik itu dalam bentuk kesyirikan kecil (syirk al-khafi) maupun syirik besar—dapat merusak seluruh amalan.

Menurut perspektif yang sering dibawakan, pemahaman yang benar mengenai Allah SWT harus sejalan dengan apa yang telah dijelaskan oleh Al-Qur'an dan hadis sahih. Ini berarti menolak segala bentuk penafsiran yang menyimpang dari manhaj Ahlus Sunnah wal Jama'ah, seperti penyerupaan Allah dengan makhluk-Nya (tajsim) atau peniadaan sifat-sifat mulia-Nya (ta'thil). Penguatan akidah ini adalah benteng pertama melawan pemikiran-pemikiran yang merusak spiritualitas.

Enam Rukun Iman sebagai Kerangka Akidah

Akidah seorang Muslim ditegakkan di atas enam pilar utama yang dikenal sebagai Rukun Iman. Ustadz Adi Hidayat kerap menguraikan setiap rukun ini dengan pendalaman yang mendalam, menghubungkan setiap butir iman dengan dalil-dalil spesifik. Keenam rukun tersebut meliputi: iman kepada Allah, iman kepada malaikat-malaikat-Nya, iman kepada kitab-kitab-Nya, iman kepada rasul-rasul-Nya, iman kepada hari akhir, dan iman kepada qada dan qadar (ketetapan baik dan buruk dari Allah).

Misalnya, ketika membahas iman kepada qada dan qadar, beliau seringkali mengingatkan bahwa penerimaan ketetapan Allah tidak boleh melahirkan sikap pasif (fatalisme buta). Sebaliknya, seorang mukmin harus berusaha maksimal (ikhtiar) sambil tetap bertawakal dan ridha menerima hasilnya. Inilah keseimbangan yang ditekankan dalam penguatan akidah praktis.

Pentingnya Ilmu dalam Memperkokoh Iman

Salah satu pesan kunci yang disampaikan oleh Adi Hidayat terkait akidah adalah bahwa iman itu harus disertai ilmu. Iman tanpa ilmu rentan terhadap kekeliruan dan mudah goyah saat dihadapkan pada tantangan atau keraguan (syubhat). Beliau secara konsisten menganjurkan umat untuk rajin mempelajari ilmu syar'i, khususnya ilmu ushuluddin (dasar-dasar agama) dan ilmu hadis, karena di sanalah letak validitas keyakinan.

Dengan menguasai dalil-dalil yang shahih, seorang Muslim akan memiliki 'sistem kekebalan' yang kuat terhadap paham-paham menyimpang yang beredar di masyarakat. Akidah yang kokoh, menurut kajian beliau, tercermin dari cara seorang muslim mengambil keputusan hidup, bagaimana ia berinteraksi sosial, dan bagaimana ia merespons musibah atau nikmat. Mempelajari akidah Adi Hidayat adalah upaya mengembalikan pemahaman keagamaan pada sumber aslinya, yaitu Al-Qur'an dan As-Sunnah yang dipahami oleh para ulama yang kredibel.

🏠 Homepage