Membedah Perbedaan Aqidah: Wahabi dan Aswaja

Ilustrasi Perbandingan Dua Jalan Pemikiran Diagram sederhana dua jalur berbeda yang saling berhadapan mewakili perbedaan aqidah. W A H A B I A S W A J A (Perbedaan Fokus)

Dalam khazanah Islam di Indonesia dan dunia, terdapat berbagai corak pemahaman keagamaan. Dua di antaranya yang sering menjadi sorotan adalah paham Wahabi (sering dikaitkan dengan Salafi murni) dan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah (Aswaja), yang secara historis dianut oleh mayoritas umat Islam, khususnya melalui madzhab Syafi'i, Hanafi, Maliki, dan Hanbali yang beraliran Asy'ariyah atau Maturidiyah dalam teologi.

Perbedaan fundamental antara keduanya terletak pada metodologi pengambilan dalil, pemahaman terhadap sifat-sifat Allah (Asma' wa Sifat), serta sikap terhadap tradisi dan praktik keagamaan (bid'ah).

1. Metodologi Pengambilan Dalil (Manhaj)

Perbedaan paling kentara terletak pada manhaj atau metodologi dalam beragama.

2. Asma' wa Sifat Allah (Teologi)

Ini adalah area perdebatan teologis klasik yang memisahkan kelompok-kelompok Sunni.

3. Bid'ah dan Tradisi Keagamaan

Perbedaan pandangan mengenai praktik keagamaan sehari-hari sangat mencolok.

Kesimpulan

Singkatnya, Wahabi cenderung menekankan kemurnian tauhid melalui pendekatan yang sangat literal dan penolakan terhadap tradisi yang dianggap sebagai inovasi (bid'ah). Fokus mereka adalah pemurnian ajaran dari unsur-unsur yang dianggap khurafat atau syirik. Sementara itu, Aswaja mengadopsi pendekatan yang lebih inklusif terhadap tradisi Sunni yang berkembang secara historis, menggabungkan teks agama dengan kerangka teologi dan hukum (fiqih) yang telah diwariskan oleh ulama besar terdahulu, sambil tetap menjaga prinsip dasar tauhid.

Kedua kelompok sama-sama mengklaim berpegang teguh pada Al-Qur'an dan Sunnah. Perbedaannya terletak pada bagaimana mereka menafsirkan dan mengaplikasikan kedua sumber tersebut dalam konteks praktik beragama dan kerangka teologis yang mereka ikuti.

🏠 Homepage