Akidah, dalam terminologi Islam, adalah fondasi utama yang menjadi poros bagi seluruh ajaran dan praktik keagamaan. Secara harfiah, akidah berarti ikatan yang kuat, sesuatu yang diyakini dengan penuh ketenangan hati dan tanpa keraguan sedikit pun. Dalam konteks Islam, akidah merujuk pada seperangkat keyakinan fundamental yang harus dipegang teguh oleh seorang Muslim. Sumber utama dan paling autentik dari penetapan akidah ini adalah Al-Qur'an, kitab suci yang diyakini sebagai firman Allah SWT.
Al-Qur'an secara eksplisit dan berulang kali menempatkan pembahasan mengenai akidah sebagai prioritas utama. Ayat-ayat pertama yang diturunkan, misalnya, sudah menekankan pentingnya pengakuan atas keesaan Allah (Tauhid). Akidah yang benar menurut Al-Qur'an tidak dibangun atas dasar tradisi buta, perasaan semata, atau spekulasi filosofis yang rapuh, melainkan atas dasar bukti, wahyu, dan petunjuk yang jelas dari Sang Pencipta.
Rukun Iman: Inti Akidah Qur'ani
Akidah yang bersumber dari Al-Qur'an terangkum dalam enam rukun iman yang fundamental. Al-Qur'an menegaskan konsep ini dalam berbagai ayat, salah satunya adalah firman-Nya yang menjelaskan bahwa kebajikan bukanlah sekadar menghadap ke timur atau barat, melainkan beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat, kitab, dan para nabi (QS. Al-Baqarah: 177).
Keyakinan terhadap malaikat menegaskan keberadaan entitas yang diciptakan Allah untuk melaksanakan perintah-Nya. Demikian pula, iman kepada kitab-kitab samawi, khususnya Al-Qur'an sebagai penutup, memvalidasi risalah-risalah sebelumnya. Kemudian, iman kepada para rasul memastikan bahwa Allah senantiasa mengutus utusan-Nya untuk membimbing manusia kepada jalan yang lurus.
Hari Akhir dan Pertanggungjawaban
Aspek penting lainnya dalam akidah Al-Qur'an adalah keyakinan terhadap hari kebangkitan (Yaumul Qiyamah) dan pertanggungjawaban amal perbuatan. Al-Qur'an dipenuhi dengan deskripsi rinci mengenai kehidupan setelah mati, surga, dan neraka. Hal ini berfungsi sebagai motivator spiritual yang mendorong seorang Muslim untuk senantiasa berbuat baik dan menjauhi larangan, karena setiap tindakan akan diperhitungkan.
Konsep keadilan Ilahi sangat erat kaitannya dengan hari akhir. Allah SWT Maha Adil, dan keadilan-Nya baru terealisasi sepenuhnya pada hari penghisaban. Kepercayaan ini memberikan makna dan tujuan hidup yang jelas, membedakannya dari pandangan duniawi yang hanya berfokus pada kenikmatan sesaat.
Akidah Membentuk Karakter
Akidah yang tertanam kuat dalam diri seseorang, yang bersumber dari pemahaman mendalam terhadap Al-Qur'an, secara otomatis akan membentuk cara pandang, moralitas, dan perilaku. Ketika seseorang benar-benar yakin bahwa Allah Maha Melihat (Al-Basir) dan Maha Mengetahui (Al-Alim), maka ia akan memiliki rasa malu untuk berbuat maksiat, bahkan ketika ia sendirian.
Akidah juga membentuk konsep *tasawwur* (pandangan hidup) seorang Muslim. Dunia dipandang bukan sebagai tujuan akhir, melainkan sebagai ladang ujian dan sarana untuk mencapai keridhaan Allah. Ketenangan batin (sakinah) yang dicari manusia sering kali ditemukan bukan dalam harta atau kekuasaan, melainkan dalam kepasrahan total kepada Zat Yang Maha Kuasa, sebuah tema sentral yang senantiasa ditekankan dalam teks-teks Al-Qur'an mengenai akidah.
Oleh karena itu, mempelajari, memahami, dan menghayati akidah sesuai tuntunan Al-Qur'an bukan sekadar latihan intelektual, melainkan sebuah kebutuhan esensial untuk menjamin kebenaran jalan hidup seorang hamba di hadapan Penciptanya.