Ilustrasi penyebaran iman dan dakwah.
Jamaah Tabligh, atau yang lebih dikenal secara internasional sebagai Tablighi Jamaat, adalah gerakan dakwah transnasional yang berfokus pada aspek spiritual dan pengembalian umat Islam kepada praktik ajaran dasar agama. Meskipun kegiatan utama mereka adalah mobilisasi jamaah untuk keluar berdakwah (khuruj), landasan pemikiran yang menuntun gerakan ini sangat erat kaitannya dengan akidah (keyakinan teologis) yang mereka pegang teguh. Memahami akidah Jamaah Tabligh berarti menelusuri bagaimana prinsip-prinsip dasar Islam diinternalisasi dan diimplementasikan dalam aktivitas mereka sehari-hari.
Secara fundamental, akidah Jamaah Tabligh berakar kuat pada mazhab Sunni tradisional. Mereka sangat menekankan pada konsep Tauhid—keesaan Allah—sebagai pilar utama keyakinan. Dalam setiap nasihat dan pengajian (bai’at), penekanan utama selalu diberikan pada pengakuan mutlak bahwa Allah adalah satu-satunya Pencipta, Pengatur, dan Pemberi rezeki. Kesalahan dalam Tauhid, seperti penyimpangan yang mengarah pada syirik (menyekutukan Allah), dianggap sebagai penghalang terbesar bagi kebaikan dunia dan akhirat.
Selanjutnya, akidah mereka sangat terikat pada mengikuti Sunnah Nabi Muhammad SAW. Bagi anggota Jamaah Tabligh, mengikuti tata cara dan ajaran Nabi bukan hanya masalah ritual, melainkan inti dari penghidupan seorang Muslim. Doktrin ini sering diejawantahkan melalui penampilan fisik (seperti penggunaan pakaian tertentu atau memelihara janggut) yang mereka yakini merupakan peneladanan langsung dari praktik Nabi. Fokus pada Sunnah ini bertujuan untuk memurnikan praktik keagamaan dari bid’ah (inovasi yang tidak berasal dari ajaran Islam murni).
Metode dakwah Jamaah Tabligh—yaitu "enam sifat" (Kalimah Tayyibah, Shalat, Ilmu & Dzikir, Iqramul Muslimin, Tashihun Niyyah, dan Tabligh)—semuanya berlandaskan akidah. Misalnya, sifat pertama, Kalimah Tayyibah (Lā ilāha illallāh), adalah pengakuan Tauhid yang harus diucapkan dan diimani secara mendalam. Semua aktivitas dakwah lainnya adalah upaya untuk menumbuhkan keyakinan ini di hati setiap Muslim.
Mereka menekankan bahwa keimanan harus diperbarui dan diperkuat, bukan hanya dipelajari secara intelektual. Oleh karena itu, pengeluaran waktu untuk berkhuruj (keluar rumah untuk berdakwah) dianggap sebagai sarana praktis untuk meneguhkan kembali akidah pribadi dan berjamaah. Dalam pandangan mereka, iman tanpa praktik adalah iman yang rapuh, dan praktik tanpa iman yang benar (akidah) akan sia-sia.
Salah satu karakteristik yang sering menjadi sorotan dari akidah Jamaah Tabligh adalah fokus mereka yang sangat spesifik pada enam sifat dakwah tersebut. Dalam banyak ulasan, disebutkan bahwa mereka cenderung menghindari diskusi mendalam mengenai isu-isu teologis yang kompleks, perbedaan mazhab, atau politik kontemporer. Fokus utama mereka adalah "Islaah Dhat" (Memperbaiki Diri) secara individu melalui penguatan dasar-dasar iman dan ibadah ritual.
Prinsip ini lahir dari keyakinan bahwa perbaikan umat dimulai dari perbaikan kesadaran spiritual individu. Ketika akidah individu telah kuat (Tauhid benar dan Sunnah diikuti), maka secara alami perilaku dan moralitas akan mengikuti. Meskipun pendekatan ini efektif dalam mobilisasi massa dan peningkatan kesalehan pribadi, hal ini terkadang menimbulkan kritik bahwa mereka kurang mendalami dimensi sosial dan fiqih yang lebih luas dari Islam.
Akidah Jamaah Tabligh dapat disimpulkan sebagai akidah Sunni yang sangat murni, berpusat pada Tauhid dan peneladanan Sunnah Nabi secara ketat. Kegiatan mereka adalah manifestasi dari keyakinan ini—yaitu kewajiban untuk menyampaikan kembali pesan mendasar Islam kepada sesama Muslim. Meskipun cakupan pembahasannya mungkin sempit, inti ajarannya adalah upaya berkelanjutan untuk memastikan bahwa setiap anggota jamaah memiliki fondasi keyakinan yang kokoh sebelum melakukan aktivitas dakwah yang lebih luas. Hal ini memastikan bahwa misi mereka selalu kembali pada tujuan utama: memurnikan dan menghidupkan kembali semangat keimanan dalam diri setiap Muslim.