Aqidah 50 KH Idrus Ramli

Ilustrasi Pemikiran Keilmuan SVG minimalis yang mewakili fondasi ilmu agama, berupa pilar-pilar kokoh di atas dasar yang kuat.

Kajian mengenai akidah, atau pokok-pokok keyakinan dalam Islam, merupakan fondasi utama yang harus dikokohkan oleh setiap Muslim. Di antara banyak ulama yang memberikan kontribusi signifikan dalam penjabaran dan penguatan akidah Ahlussunnah wal Jama'ah, sosok KH. Idrus Ramli menonjol dengan pendekatannya yang lugas dan mendalam. Karya dan pengajarannya sering kali merujuk pada teks-teks klasik yang dijaga kemurniannya.

Signifikansi Aqidah dalam Pandangan Beliau

Aqidah, dalam terminologi keilmuan Islam, adalah inti dari ajaran agama yang tidak boleh dicampuri oleh keraguan atau interpretasi yang menyimpang. KH. Idrus Ramli menekankan bahwa pemahaman akidah yang benar adalah benteng pertama melawan paham-paham yang merusak sendi keimanan. Hal ini bukan sekadar hafalan rukun iman, melainkan pemahaman filosofis dan teologis yang kuat mengenai hakikat Allah, Rasul, kitab suci, hari akhir, dan qada serta qadar.

Ketika membahas "Aqidah 50" (yang sering merujuk pada poin-poin penting atau ringkasan dasar akidah yang disusun secara sistematis), fokus utamanya adalah memastikan umat memahami konsep tauhid secara murni. Tauhid Rububiyyah, Uluhiyyah, dan Asma wa Sifat dibedah secara terperinci, menjauhkan pemahaman yang mengarah pada tasyabuh atau penyerupaan Allah dengan makhluk-Nya.

"Akidah yang kokoh adalah jangkar spiritual. Tanpa jangkar ini, kapal iman akan mudah terombang-ambing oleh badai syubhat dan keraguan zaman modern."

Metodologi Pengajaran dan Sumber Rujukan

Salah satu ciri khas pengajaran KH. Idrus Ramli adalah konsistensinya dalam merujuk kepada para imam mazhab yang diakui keilmuannya, khususnya dalam ranah teologi (kalam) dan akidah. Beliau sering kali mengutip Imam Asy'ari dan Imam Maturidi sebagai representasi Ahlussunnah wal Jama'ah dalam mazhab Sunni. Pendekatan ini penting untuk meluruskan pandangan yang sering kali mengalami distorsi akibat informasi yang simpang siur di ruang publik.

Pemahaman terhadap kaidah ushuluddin menjadi sangat ditekankan. Misalnya, dalam pembahasan sifat dua puluh (sifat wajib Allah), KH. Idrus Ramli menjelaskan bagaimana setiap sifat tersebut terhubung dengan kemahaindahan dan kemahakuasaan Tuhan. Ini bukan hanya soal menghafal 20 sifat, tetapi memahami implikasi teologis dari setiap sifat tersebut terhadap cara seorang mukmin menjalani hidupnya.

Menghadapi Tantangan Kontemporer

Di era digital saat ini, informasi mengenai keyakinan menyebar dengan cepat, baik yang benar maupun yang menyesatkan. Pemahaman akidah yang diajarkan oleh KH. Idrus Ramli menjadi relevan karena memberikan kerangka berpikir kritis berbasis dalil naqli (Al-Qur'an dan Hadis) dan aqli (akal sehat) untuk menyaring paham-paham baru yang berpotensi merusak iman.

Kritik beliau sering ditujukan pada metode pemahaman yang terlalu literal tanpa memperhatikan konteks (tafsir bil-ra'yi yang tidak dibenarkan) atau sebaliknya, terlalu alegoris yang menghilangkan makna hakiki dari nash-nash syar'i. Kehati-hatian dalam menafsirkan ayat-ayat mutasyabihat (ayat yang maknanya samar) selalu menjadi penekanan utama. Hal ini bertujuan agar umat tidak jatuh pada pemahaman yang mendewakan logika manusia melebihi wahyu ilahi.

Implikasi Praktis Aqidah yang Kuat

Aqidah yang mantap, seperti yang diuraikan melalui poin-poin penting dalam kajian Aqidah 50, membawa implikasi luas pada praktik keagamaan (syariah). Keyakinan yang benar menumbuhkan rasa takut (khauf) dan harap (raja') yang seimbang kepada Allah SWT. Rasa takut mendorong seseorang untuk menjauhi maksiat, sementara rasa harap mendorongnya untuk beramal saleh dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

Lebih lanjut, pemahaman tentang takdir (qada dan qadar) yang benar menghilangkan sifat fatalisme yang pasif. Sebaliknya, ia mendorong usaha maksimal (ikhtiar) sambil tetap berserah diri kepada kehendak Allah. KH. Idrus Ramli mengajarkan bahwa iman bukan sekadar klaim lisan, tetapi teraktualisasi dalam ketenangan jiwa menghadapi cobaan dan kerendahan hati dalam menerima nikmat. Mengkaji kembali poin-poin akidah yang beliau sampaikan adalah langkah fundamental untuk memperkuat fondasi spiritualitas Islam di tengah arus perubahan zaman.

🏠 Homepage