Representasi simbolis pandangan dalam telaah keagamaan.
Aqidah Syiah merupakan salah satu cabang utama dalam Islam, yang secara historis dan teologis memiliki perbedaan signifikan dari mazhab Sunni, yang merupakan mayoritas umat Muslim di dunia. Memahami aqidah Syiah memerlukan tinjauan mendalam terhadap sumber-sumber rujukan utama mereka, konsep kepemimpinan spiritual (Imamah), serta pandangan mereka terhadap sahabat Nabi Muhammad SAW.
Perbedaan mendasar antara Syiah dan Sunni berakar pada isu suksesi kepemimpinan (khalifah) setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Kaum Syiah, yang secara etimologis berasal dari kata *Shi'at 'Ali* (pengikut Ali), meyakini bahwa kepemimpinan umat Islam seharusnya diwariskan secara genetik dan spiritual melalui garis keturunan Ahlul Bait (keluarga Nabi), dimulai dari Ali bin Abi Thalib, sepupu sekaligus menantu Nabi.
Konsep kunci dalam aqidah Syiah adalah **Imamah**. Berbeda dengan konsep kepemimpinan Sunni yang menekankan kepemimpinan politik dan militer (Khulafaur Rasyidin), Syiah memandang Imam sebagai pemimpin spiritual dan politik yang ditunjuk secara ilahi (*nass*). Mereka diyakini memiliki otoritas mutlak, pengetahuan yang tak terbatas, dan maksum (terbebas dari dosa dan kesalahan).
Meskipun Syiah dan Sunni sepakat pada Lima Rukun Islam dan Enam Rukun Iman, terdapat penekanan dan penambahan doktrinal yang khas dalam tradisi Syiah, terutama dalam cabang utamanya, Syiah Dua Belas Imam (Itsna 'Asyariyah).
Salah satu perbedaan teologis yang paling tajam terletak pada pandangan mengenai para sahabat Nabi. Syiah secara umum memiliki pandangan yang sangat kritis terhadap tiga khalifah pertama (Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan) serta beberapa sahabat senior lainnya. Mereka berpendapat bahwa sahabat-sahabat tersebut telah menyimpang dari wasiat Nabi mengenai suksesi kepemimpinan dan tidak layak memegang kekhalifahan.
Bagi Syiah, Ali bin Abi Thalib adalah pewaris sah yang seharusnya menggantikan Nabi. Keyakinan ini seringkali memunculkan ketegangan historis dan teologis dengan pandangan Sunni yang sangat menghormati semua sahabat Nabi, kecuali beberapa pengecualian kecil yang diperdebatkan.
Aqidah Syiah dianut oleh mayoritas penduduk di Iran, Irak, Bahrain, Azerbaijan, dan memiliki komunitas signifikan di Lebanon, Yaman (Zaidiyah), dan beberapa bagian Asia Selatan. Perbedaan aqidah ini tidak hanya memengaruhi ritual keagamaan seperti salat dan haji (meskipun banyak yang sama), tetapi juga membentuk identitas politik dan sosial komunitas mereka sepanjang sejarah peradaban Islam. Mempelajari aqidah Syiah memberikan pemahaman yang lebih kaya mengenai spektrum pemikiran teologis yang ada dalam dunia Islam.