Ikan nilem (*Osteochilus hasseltii*) adalah salah satu ikan air tawar asli Indonesia yang memiliki potensi besar untuk dibudidayakan. Populer di kalangan pemancing dan juga diminati untuk konsumsi karena tekstur dagingnya yang lembut, budidaya ikan nilem relatif mudah dilakukan di berbagai jenis kolam, baik kolam terpal, tanah, maupun keramba.
Keberhasilan budidaya sangat bergantung pada kualitas lingkungan hidup ikan. Untuk ikan nilem, pastikan lokasi kolam mendapatkan sinar matahari yang cukup namun tidak terlalu ekstrem. Ketinggian air ideal dalam kolam berkisar antara 80 hingga 120 cm. Jika menggunakan kolam tanah, lakukan pengeringan total (sertakan kapur pertanian dosis 100-200 gram per meter persegi) untuk membunuh patogen sebelum diisi air.
Kualitas air sangat krusial. Parameter air yang optimal meliputi:
Air harus diganti secara berkala atau dilakukan aerasi jika kepadatan ikan tinggi. Kekeruhan air yang baik adalah sedikit keruh (sedikit kehijauan) karena mendukung pertumbuhan pakan alami.
Benih ikan nilem sebaiknya berasal dari sumber terpercaya untuk menghindari penyakit bawaan. Ukuran benih yang ideal untuk ditebar adalah antara 3-5 cm. Sebelum ditebar, lakukan aklimatisasi. Proses ini bertujuan agar ikan terbiasa dengan suhu dan pH air kolam budidaya.
Caranya adalah mengapungkan kantong benih di permukaan kolam selama 15-20 menit. Setelah itu, secara bertahap campurkan sedikit air kolam ke dalam kantong sebelum benih dilepaskan perlahan. Jangan menuang air dari kantong benih langsung ke kolam budidaya untuk mencegah kontaminasi.
Ikan nilem termasuk omnivora dengan kecenderungan herbivora (pemakan tumbuhan). Dalam sistem budidaya intensif, sangat penting memberikan pakan buatan komersial dengan kandungan protein yang sesuai (sekitar 25-30%).
Frekuensi pemberian pakan adalah 2 hingga 3 kali sehari, biasanya pagi hari, sore hari, dan jika perlu menjelang malam. Jumlah pakan yang diberikan harus disesuaikan dengan biomassa ikan (persentase dari total berat ikan yang ada di kolam). Hindari pemberian pakan berlebih karena sisa pakan akan membusuk dan menurunkan kualitas air secara drastis.
Selain pakan pabrikan, ikan nilem juga dapat difasilitasi dengan pakan alami seperti azolla, eceng gondok, atau daun-daunan yang dihancurkan, terutama jika kolam memiliki dasar tanah yang subur.
Kepadatan tebar sangat memengaruhi pertumbuhan dan kesehatan ikan nilem. Untuk budidaya yang baik, kepadatan ideal berkisar antara 50 hingga 100 ekor per meter persegi, tergantung sistem budidaya (rasio sirkulasi air dan aerasi).
Pengendalian penyakit pada ikan nilem umumnya berfokus pada pencegahan melalui menjaga kebersihan kolam dan kualitas air. Tanda-tanda ikan sakit meliputi:
Jika ditemukan ikan sakit, segera pisahkan ikan tersebut. Penggunaan probiotik secara rutin sangat dianjurkan untuk meningkatkan daya tahan tubuh ikan nilem terhadap stres dan penyakit lingkungan.
Masa panen ikan nilem bervariasi tergantung target pasar. Jika ditujukan untuk konsumsi ukuran konsumsi (sekitar 200-300 gram per ekor), biasanya membutuhkan waktu pemeliharaan sekitar 5 hingga 8 bulan. Pemanenan dapat dilakukan dengan cara menyurutkan air kolam atau menggunakan jaring tangguk.
Pastikan ikan yang dipanen dalam kondisi sehat. Setelah panen, kolam perlu dikeringkan dan diistirahatkan sebelum digunakan kembali untuk siklus budidaya berikutnya. Dengan manajemen yang tepat, budidaya ikan nilem menjanjikan keuntungan yang stabil bagi pembudidaya.