Aqiqah merupakan salah satu sunnah muakkad (sunnah yang sangat dianjurkan) dalam ajaran Islam yang dilaksanakan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT atas karunia kelahiran seorang anak. Secara harfiah, kata 'aqiqah' berarti memotong atau mencukur rambut bayi yang baru lahir. Namun, secara terminologi syariat, aqiqah merujuk pada penyembelihan hewan ternak tertentu sebagai ungkapan terima kasih atas anugerah seorang putra atau putri.
Pelaksanaan aqiqah ini memiliki makna spiritual yang mendalam, menunjukkan bahwa orang tua menyadari bahwa anak adalah titipan berharga dari Tuhan. Prosesi ini sering kali diiringi dengan berbagai amalan baik lainnya seperti mencukur rambut bayi dan memberikan sedekah.
Hukum dan Waktu Pelaksanaan Aqiqah
Mayoritas ulama sepakat bahwa hukum aqiqah adalah sunnah muakkad. Meskipun bukan wajib seperti shalat lima waktu, meninggalkannya sangat dianjurkan untuk dihindari karena banyaknya keutamaan yang terkandung di dalamnya. Rasulullah SAW sendiri telah melaksanakan aqiqah untuk cucu-cucunya, Hasan dan Husain.
Kapan Waktu Terbaik?
Waktu pelaksanaan aqiqah yang paling utama adalah pada hari ketujuh setelah kelahiran bayi. Jika karena suatu hal tidak dapat dilaksanakan pada hari ketujuh, sebagian ulama membolehkan pelaksanaannya pada hari keempat belas atau hari kedua puluh satu. Intinya, pelaksanaan idealnya dilakukan di masa-masa awal kehidupan bayi sebagai wujud penyambutan syukur.
Ketentuan Hewan yang Disembelih
Hewan yang sah untuk aqiqah harus memenuhi syarat-syarat yang sama dengan hewan kurban, yaitu bebas dari cacat fisik yang signifikan dan sudah mencapai usia yang ditentukan. Jumlah hewan yang disembelih berbeda antara anak laki-laki dan anak perempuan, sesuai dengan tuntunan dalam hadis:
- Untuk anak laki-laki: Disunnahkan menyembelih dua ekor kambing.
- Untuk anak perempuan: Disunnahkan menyembelih satu ekor kambing.
Meskipun demikian, jika hanya mampu menyembelih satu ekor kambing untuk anak laki-laki, hal tersebut tetap dianggap sah dan telah melaksanakan sunnah, meskipun pahala kesempurnaan sunnahnya belum tercapai.
Tata Cara dan Pembagian Daging Aqiqah
Setelah hewan disembelih sesuai syariat Islam (dengan menyebut nama Allah dan takbir), daging hasil sembelihan aqiqah memiliki tata cara pembagian yang dianjurkan. Pembagian ini berbeda dengan pembagian daging kurban, di mana daging aqiqah lebih dianjurkan untuk dibagikan dalam kondisi sudah matang dan dimasak, meskipun ada juga ulama yang memperbolehkan pembagian mentah.
Pembagian daging aqiqah umumnya dibagi menjadi tiga bagian, seperti yang sering disunnahkan:
- Sepertiga untuk orang tua yang beraqiqah: Bagian ini dimaksudkan untuk dikonsumsi oleh keluarga yang mengadakan acara.
- Sepertiga untuk dibagikan kepada kerabat dan tetangga: Dibagikan kepada sanak saudara, teman dekat, dan tetangga sebagai bentuk berbagi kebahagiaan.
- Sepertiga untuk fakir miskin atau mereka yang membutuhkan: Bagian ini merupakan bentuk sedekah sosial, memastikan bahwa daging tersebut sampai kepada mereka yang benar-benar memerlukan.
Selain prosesi penyembelihan, ada beberapa amalan lain yang menyertai kelahiran anak dan sering dikaitkan dengan aqiqah, yaitu mencukur rambut bayi. Rambut bayi yang dicukur kemudian timbangannya disedekahkan dalam bentuk perak atau emas. Ini adalah simbol pembersihan bayi dari hal-hal negatif dan rasa syukur secara materiil.
Hikmah di Balik Ibadah Aqiqah
Pelaksanaan aqiqah bukan sekadar ritual tanpa makna. Ada hikmah besar di baliknya. Pertama, aqiqah berfungsi sebagai tebusan bagi bayi dari kemaslahatan. Dalam pandangan Islam, anak yang belum diaqiqahi seolah 'terikat' oleh hak aqiqah tersebut hingga orang tuanya melaksanakannya.
Kedua, ini adalah sarana mempererat tali silaturahmi dan kasih sayang. Dengan mengundang kerabat dan membagikan daging, terjadi interaksi sosial yang positif. Ketiga, ini adalah bentuk nyata ketaatan kepada ajaran Nabi Muhammad SAW, meneladani sunnah beliau dalam menyambut kehadiran anggota keluarga baru. Aqiqah menandai masuknya bayi ke dalam komunitas Muslim dengan cara yang penuh berkah dan syukur.
Secara keseluruhan, aqiqah adalah ungkapan syukur yang komprehensif, melibatkan ibadah ritual (penyembelihan), sosial (pembagian), dan pengakuan atas karunia ilahi. Memahami setiap aspek dari tata cara aqiqah akan membantu umat Islam melaksanakannya dengan kekhusyukan dan kesempurnaan sunnah.