Anggrek dikenal dengan keindahan bunganya yang eksotis, namun menanam dan membudidayakannya, terutama setelah fase bibit (seedling) atau setelah dipindahkan dari lingkungan laboratorium, memerlukan perhatian khusus. Proses krusial yang menentukan keberhasilan pertumbuhan jangka panjang adalah **media aklimatisasi anggrek**. Aklimatisasi adalah adaptasi anggrek dari kondisi lingkungan terkontrol (seperti kultur jaringan) ke lingkungan luar yang memiliki fluktuasi suhu, kelembaban, dan cahaya yang lebih ekstrem. Pemilihan media tanam yang tepat adalah fondasi utama dalam proses adaptasi ini.
Media tanam untuk anggrek, berbeda dengan tanaman darat pada umumnya, tidak selalu berfungsi sebagai penyedia nutrisi utama (karena anggrek adalah epifit). Fungsi utama media aklimatisasi adalah sebagai penopang fisik bagi akar, menjaga kelembaban yang stabil tanpa menyebabkan pembusukan akar, serta memberikan aerasi (sirkulasi udara) yang memadai. Akar anggrek membutuhkan oksigen; media yang terlalu padat akan mencekik akar dan memicu penyakit jamur atau bakteri.
Ketika anggrek masih berupa plantlet dari kultur jaringan, mereka sangat rentan. Mereka belum memiliki kemampuan transpirasi yang efisien dan adaptasi terhadap kadar air yang rendah. Oleh karena itu, media awal harus mampu mempertahankan kelembaban tinggi secara konsisten selama masa transisi awal ini.
Ilustrasi Media Tanam yang Porous dan Mendukung Akar
Media yang digunakan pada fase aklimatisasi awal (biasanya 1-3 bulan pertama) harus sangat berbeda dengan media pertumbuhan dewasa. Tujuannya adalah menahan kelembaban sambil memastikan sirkulasi udara maksimal. Berikut adalah komponen umum yang sering digunakan:
Rasio campuran sangat bergantung pada spesies anggrek dan kondisi lingkungan rumah kaca Anda. Namun, untuk anggrek yang baru keluar dari botol kultur jaringan, rasio yang mengutamakan retensi kelembaban (misalnya, 70% Moss Sphagnum dan 30% campuran pori-pori) seringkali disarankan pada minggu-minggu pertama.
Proses aklimatisasi bukanlah hanya soal menanam, tetapi juga transisi lingkungan bertahap. Setelah plantlet berhasil beradaptasi terhadap kelembaban udara yang lebih rendah di rumah kaca (misalnya dengan ditempatkan di dalam wadah tertutup atau plastik transparan), barulah mereka dipindahkan ke media aklimatisasi permanen.
Saat pemindahan, pastikan akar dicuci bersih dari sisa agar-agar atau medium kultur jaringan. Media aklimatisasi yang digunakan harus steril (misalnya dengan menyiram air panas yang sudah didinginkan atau menggunakan larutan fungisida ringan) untuk meminimalisir risiko infeksi jamur pada akar yang masih sensitif. Tanam anggrek dengan sangat hati-hati, jangan sampai akar tertekan terlalu kuat.
Selama periode aklimatisasi, penyiraman harus dilakukan secara rutin namun tidak berlebihan. Kondisi ideal adalah media terasa lembap saat disentuh, bukan basah kuyup. Pemberian pupuk harus sangat ringan (jika ada), biasanya berupa larutan yang sangat encer (1/4 kekuatan normal). Tujuannya adalah mendorong pertumbuhan akar baru yang kuat, yang merupakan tanda bahwa anggrek telah berhasil beradaptasi dengan media barunya.
Setelah 2-3 bulan, ketika terlihat pertumbuhan akar dan daun yang sehat, barulah anggrek tersebut bisa secara bertahap dikenalkan pada media tanam dewasa (misalnya pecahan pot/batu bata, kulit kayu pinus) sesuai dengan karakteristik alami spesies anggrek tersebut. Media aklimatisasi adalah jembatan vital yang memastikan kelangsungan hidup anggrek dari lingkungan steril laboratorium menuju keberhasilan budidaya jangka panjang.