Ilustrasi: Kondisi air liur berlebih pada mulut.
Kondisi di mana mulut terus-menerus memproduksi air liur secara berlebihan, atau kondisi yang dikenal sebagai ptialisme (atau sialorrhea), bisa menjadi situasi yang mengganggu dan memalukan dalam kehidupan sehari-hari. Air liur adalah cairan alami yang diproduksi oleh kelenjar ludah untuk membantu proses pencernaan, menjaga kelembapan mulut, dan melindungi gigi. Produksi normalnya sangat penting, namun ketika produksi berlebihan, hal ini memerlukan perhatian dan pemahaman mengenai penyebabnya.
Bagi banyak orang, peningkatan produksi air liur mungkin hanya bersifat sementara dan dipicu oleh faktor sederhana seperti mengonsumsi makanan asam atau permen yang merangsang air liur. Namun, jika keluhan "mulut mengeluarkan ludah terus" berlangsung lama, ini bisa menjadi indikasi adanya kondisi medis yang mendasarinya yang perlu ditangani oleh profesional kesehatan.
Air liur dihasilkan oleh tiga pasang kelenjar ludah utama (parotis, submandibular, dan sublingual) serta ratusan kelenjar minor. Produksi ludah dikendalikan oleh sistem saraf otonom. Peningkatan produksi dapat terjadi karena dua mekanisme utama: produksi berlebihan (hipersekresi) atau kesulitan menelan (retensi).
Salah satu penyebab paling umum dari ptialisme adalah masalah gastrointestinal. Ketika asam lambung naik ke kerongkongan (penyakit refluks gastroesofageal/GERD), tubuh merespons dengan meningkatkan produksi air liur. Ini adalah mekanisme alami tubuh untuk membantu menetralkan asam yang naik tersebut. Gejala lain yang menyertai GERD biasanya termasuk sensasi terbakar di dada (heartburn) dan rasa asam di mulut.
Beberapa jenis obat dapat memicu produksi air liur yang berlebihan sebagai efek samping. Obat-obatan yang paling sering dikaitkan adalah beberapa jenis obat antipsikotik, obat untuk penyakit Alzheimer (seperti pilokarpin), dan beberapa obat penenang. Jika Anda baru memulai pengobatan baru dan mengalami gejala ini, konsultasikan dengan dokter mengenai dosis atau alternatif obat.
Kondisi yang memengaruhi kontrol otot wajah dan tenggorokan, terutama yang berhubungan dengan saraf kranial, dapat menyebabkan air liur menumpuk karena kesulitan menelan yang efektif (disfagia). Contoh kondisi ini termasuk penyakit Parkinson, stroke, atau kondisi neuromuskular lainnya. Kesulitan menelan membuat air liur tidak terdorong ke tenggorokan secara efisien, sehingga cenderung menetes keluar.
Adanya iritasi, sariawan, gigi berlubang parah, atau infeksi di dalam mulut (seperti radang gusi atau tonsilitis) dapat merangsang kelenjar ludah untuk bekerja lebih keras. Selain itu, penggunaan alat ortodontik atau gigi palsu yang baru dipasang juga sering memicu peningkatan sementara produksi ludah saat tubuh beradaptasi.
Jika masalah mulut mengeluarkan ludah terus menerus ini mengganggu, penting untuk mengidentifikasi akar masalahnya. Untuk kasus ringan yang dicurigai terkait GERD, perubahan gaya hidup seperti menghindari makanan pedas dan berlemak, serta makan dalam porsi kecil namun sering, bisa membantu meredakan gejala.
Jika penyebabnya adalah obat, diskusikan opsi penyesuaian dosis dengan dokter Anda. Hindari menghentikan obat tanpa konsultasi medis.
Namun, jika kondisi ini parah, kronis, atau disertai dengan gejala mengkhawatirkan lainnya seperti penurunan berat badan yang tidak jelas, kesulitan bernapas, atau kesulitan berbicara, segera cari bantuan medis. Diagnosis yang tepat dari dokter spesialis (seperti gastroenterolog atau ahli saraf) akan mengarahkan pada penanganan yang paling efektif, yang mungkin melibatkan terapi spesifik untuk kondisi yang mendasari.
Mengelola produksi air liur berlebih sering kali berfokus pada meningkatkan frekuensi menelan yang disadari, menjaga hidrasi yang cukup (ironisnya, dehidrasi ringan dapat memperburuk), dan mengatasi masalah kesehatan yang menjadi pemicu utama. Jangan biarkan kondisi ini mengurangi kualitas hidup Anda; penanganan yang tepat selalu tersedia.