Akad nikah merupakan momen sakral dan penentu sahnya ikatan pernikahan dalam pandangan agama dan hukum. Inti dari keseluruhan proses ini terletak pada proses tanya jawab yang dikenal sebagai pertanyaan akad nikah. Meskipun tampak sederhana, setiap kata yang terucap memiliki konsekuensi hukum dan spiritual yang mendalam.
Bagi calon mempelai, terutama mempelai pria yang biasanya bertindak sebagai ijab kabul, memahami struktur dan makna di balik pertanyaan ini sangat krusial. Persiapan mental dan pemahaman yang benar akan menjamin bahwa janji suci yang diikrarkan benar-benar ikhlas dan sah.
Akad nikah secara harfiah berarti ‘ikatan’. Dalam konteks pernikahan, ini adalah kesepakatan formal antara dua belah pihak (diwakili oleh wali/saksi) untuk mengikatkan diri sebagai suami istri. Pertanyaan yang diajukan oleh penghulu atau petugas KUA berfungsi sebagai validasi kesepakatan tersebut di hadapan hukum negara dan ajaran agama.
Jika jawaban yang diberikan tidak jelas, terpaksa (tanpa kerelaan), atau tidak memenuhi syarat sahnya akad, maka pernikahan tersebut bisa dianggap batal atau cacat hukum. Oleh karena itu, fokus utama saat sesi ini adalah kejernihan niat dan pengucapan yang tegas.
Meskipun formatnya dapat sedikit berbeda antara institusi agama dan Kantor Urusan Agama (KUA), umumnya pertanyaan akad nikah terbagi menjadi tiga fase utama:
Fase awal adalah memastikan bahwa pihak wali (ayah kandung atau pengganti yang sah) telah mewakilkan haknya untuk menikahkan putrinya dan memastikan kesediaan pihak mempelai wanita.
Ini adalah bagian paling krusial, di mana janji diucapkan secara langsung antara mempelai pria (Qabul) dan wali/penghulu (Ijab). Pertanyaan yang diajukan kepada mempelai pria berfokus pada penerimaan dan penyerahan mahar.
Contoh pertanyaan yang sering diajukan:
Setelah ijab kabul terucap, penghulu biasanya akan mengkonfirmasi kembali mengenai penyerahan mahar (maskawin). Mahar ini bisa berupa uang, emas, atau benda lainnya yang disepakati.
Pertanyaan tambahan sering diarahkan kepada mempelai pria untuk memastikan bahwa mahar telah diserahkan atau disanggupi sepenuhnya. Keabsahan pernikahan sering kali terkait erat dengan pemenuhan janji mahar ini.
Banyak calon pengantin merasa gugup saat sesi ini. Rasa cemas dapat memicu lupa atau salah ucap. Berikut adalah beberapa langkah praktis untuk mempersiapkan diri:
Penting untuk diingat bahwa meskipun substansi pertanyaan akad nikah selalu sama (yaitu penetapan ijab kabul), lafal yang digunakan bisa berbeda tergantung pada tradisi adat atau metode yang digunakan oleh petugas pencatat nikah di wilayah Anda. Misalnya, di beberapa daerah, prosesnya mungkin melibatkan lebih banyak pembacaan doa atau pengulangan janji dalam bahasa daerah sebelum proses formal KUA.
Pada akhirnya, yang menjadi landasan utama adalah kesepakatan yang tegas, jelas, dan diucapkan tanpa paksaan, yang disaksikan oleh dua orang saksi yang memenuhi syarat. Memahami setiap pertanyaan dan mempersiapkan jawaban terbaik adalah kunci menuju pernikahan yang diridhoi dan sah secara hukum.