Ilustrasi: Simbol rasa syukur atas anugerah kelahiran.
Aqiqah merupakan salah satu syariat Islam yang sangat dianjurkan (sunnah muakkadah) sebagai bentuk syukur atas kelahiran seorang anak. Pelaksanaan aqiqah ini melibatkan penyembelihan hewan ternak tertentu dan pembagian dagingnya kepada fakir miskin, kerabat, serta tetangga. Memahami ketentuan aqiqah secara benar sangat penting agar ibadah ini sah dan bernilai di sisi Allah SWT.
Hukum dan Waktu Pelaksanaan Aqiqah
Hukum aqiqah adalah sunnah muakkadah, artinya sangat dianjurkan untuk dilakukan. Rasulullah SAW sendiri telah menganjurkan dan melaksanakannya untuk cucu beliau, Hasan dan Husain. Mengenai waktu yang tepat, mayoritas ulama sepakat bahwa aqiqah sebaiknya dilaksanakan pada hari ketujuh setelah kelahiran bayi.
Jika karena suatu kendala aqiqah belum dapat dilaksanakan pada hari ketujuh, maka dapat ditunda hingga hari keempat belas, atau bahkan hari kedua puluh satu. Setelah hari ke-21, sebagian ulama berpendapat bahwa waktu sunnahnya telah berlalu, namun pelaksanaannya tetap dianjurkan meskipun statusnya menjadi sunnah biasa, bukan sunnah muakkadah.
Ketentuan Jumlah Hewan yang Disembelih
Salah satu ketentuan paling mendasar dalam aqiqah adalah jumlah hewan yang harus disembelih. Jumlah ini dibedakan berdasarkan jenis kelamin anak yang baru lahir:
- Untuk anak laki-laki: Disunnahkan menyembelih dua ekor kambing atau domba.
- Untuk anak perempuan: Disunnahkan menyembelih satu ekor kambing atau domba.
Meskipun demikian, jika kondisi ekonomi orang tua tidak mencukupi untuk menyembelih dua ekor bagi anak laki-laki, maka menyembelih satu ekor tetap diperbolehkan dan tetap mendapatkan pahala karena niat baiknya.
Syarat Hewan Aqiqah
Hewan yang digunakan untuk aqiqah harus memenuhi syarat yang sama dengan hewan kurban, karena pada dasarnya aqiqah adalah bentuk sedekah berupa penyembelihan hewan. Syarat-syarat utama hewan aqiqah meliputi:
- Jenis Hewan: Harus berupa kambing atau domba. Sapi atau unta secara umum tidak digunakan untuk aqiqah, kecuali dalam konteks yang berbeda atau jika ulama kontemporer membolehkannya dengan perhitungan tujuh saham (seperti kurban). Namun, standar utama adalah kambing/domba.
- Usia Minimal: Hewan harus mencapai usia yang ditetapkan syariat (umumnya telah berganti gigi). Untuk kambing/domba, usianya setidaknya sudah memasuki usia enam bulan hingga satu tahun, tergantung jenisnya.
- Kesehatan dan Cacat: Hewan harus bebas dari cacat yang jelas (seperti buta, pincang parah, sangat kurus, atau sakit parah).
Prosedur dan Tata Cara Pembagian Daging Aqiqah
Setelah hewan disembelih sesuai tata cara syariat (dengan menyebut nama Allah dan niat aqiqah), dagingnya kemudian diolah atau dibagikan. Ketentuan pembagian daging aqiqah memiliki sedikit perbedaan dengan kurban, meskipun tujuannya adalah berbagi kebahagiaan.
Secara umum, daging aqiqah tidak diwajibkan untuk dibagikan mentah, bahkan lebih dianjurkan untuk dimasak terlebih dahulu baru kemudian didistribusikan. Pembagiannya bisa meliputi:
- **Dimasak dan disajikan:** Daging dapat dimasak menjadi hidangan untuk dibagikan kepada tetangga, kerabat, atau disajikan saat acara syukuran.
- **Sedekah kepada fakir miskin:** Sebagian besar daging harus disalurkan kepada mereka yang membutuhkan.
- **Pemberian kepada orang tua:** Orang tua si anak diperbolehkan memakan sebagian daging aqiqah tersebut sebagai bentuk rasa syukur.
Tidak ada batasan spesifik mengenai seberapa besar porsi yang wajib diberikan kepada fakir miskin, namun niat utamanya adalah berbagi kebaikan dan kegembiraan atas kelahiran tersebut kepada sesama.
Niat dan Doa Saat Menyembelih
Niat adalah kunci diterimanya sebuah ibadah. Saat menyembelih hewan aqiqah, orang tua harus berniat secara spesifik bahwa penyembelihan ini adalah pelaksanaan aqiqah untuk anak mereka. Doa khusus saat penyembelihan harus diucapkan, seperti: "Bismillahi, Allahumma hadzihi 'aqiqatu 'an (nama anak), dammuha dammuha, lahmaha lahmuha, 'adama 'adama, 'azhmuha 'azhmuha. Allahumma ajirni fii 'aqiqatihima."
Memahami semua ketentuan aqiqah ini memastikan bahwa tradisi mulia ini dilaksanakan dengan benar, menjadi ungkapan syukur yang sempurna, dan membawa keberkahan bagi kehidupan anak yang baru lahir.