Pendidikan Islam memiliki pilar-pilar utama yang saling berkaitan erat, salah satunya adalah Aqidah dan Akhlak. Aqidah, yang merupakan fondasi keimanan, dan Akhlak, yang merupakan manifestasi perilaku sehari-hari, adalah dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan dalam membentuk karakter seorang muslim yang seutuhnya. Oleh karena itu, tujuan pembelajaran Aqidah Akhlak menjadi sangat krusial dalam kurikulum pendidikan Islam. Tujuannya bukan sekadar transfer ilmu, melainkan pembentukan kepribadian yang kokoh berdasarkan syariat Allah SWT.
Fondasi Utama: Penguatan Akidah
Tujuan utama dalam pembelajaran Aqidah adalah menanamkan dan memperkuat keyakinan fundamental seorang siswa terhadap Rukun Iman dan Rukun Islam. Ini berarti peserta didik harus mampu memahami, meyakini, dan mengamalkan secara mendalam konsep Tauhid (Keesaan Allah), kenabian, hari akhir, serta segala konsekuensi logis dari keyakinan tersebut.
- Memperoleh Kejelasan Ilahiyah: Siswa diharapkan memahami siapa Tuhan mereka (Allah SWT) berdasarkan nama-nama-Nya yang mulia (Asmaul Husna) dan sifat-sifat-Nya yang sempurna, tanpa tasybih (menyerupakan) dan ta’thil (meniadakan).
- Membangun Kekebalan Spiritual: Dengan aqidah yang kuat, siswa seharusnya memiliki benteng spiritual untuk menangkis keraguan, paham terhadap aliran-aliran sesat, dan tidak mudah terpengaruh oleh ideologi yang bertentangan dengan Islam.
- Kesadaran akan Pertanggungjawaban: Memahami konsep hari perhitungan (Yaumul Hisab) mendorong siswa untuk selalu bertindak berdasarkan prinsip benar dan salah, karena setiap perbuatan pasti dicatat dan akan dipertanggungjawabkan.
Transformasi Internal: Pembentukan Akhlak Karimah
Jika aqidah adalah akarnya, maka akhlak adalah buahnya. Tujuan pembelajaran akhlak adalah menginternalisasi nilai-nilai luhur Islam ke dalam perilaku nyata. Pendidikan akhlak bertujuan mengubah teori keimanan menjadi tindakan nyata yang terpuji (mahmudah) dan menjauhi segala bentuk perilaku tercela (madzmumah).
Tujuan Akhlak dalam Tindakan Nyata
Pencapaian tujuan ini terlihat dari bagaimana seorang siswa berinteraksi dengan Tuhannya, dirinya sendiri, sesama manusia, dan alam semesta.
- Hubungan Vertikal (Kepada Allah): Siswa mampu melaksanakan ibadah secara khusyuk dan konsisten sebagai bentuk rasa syukur dan cinta kepada Allah SWT. Ini mencakup implementasi nilai tawakkal (berserah diri), ridha (menerima ketetapan), dan istiqamah (konsisten).
- Hubungan Horizontal (Kepada Sesama): Mampu mengaplikasikan akhlak terpuji seperti jujur (shiddiq), amanah, sabar (shabr), kasih sayang (rahmah), dan menghargai perbedaan pendapat (tasamuh). Tujuannya adalah menjadi individu yang membawa manfaat bagi lingkungannya.
- Pengembangan Diri (Akhlak terhadap Diri Sendiri): Siswa diarahkan untuk memiliki sifat disiplin, bertanggung jawab atas perilakunya, mampu mengendalikan hawa nafsu (muhasabah), dan senantiasa berorientasi pada perbaikan diri (mujāhadah).
Integrasi dan Dampak Jangka Panjang
Tujuan akhir dari pembelajaran Aqidah Akhlak adalah menciptakan integrasi sempurna antara apa yang diyakini (Aqidah) dan apa yang diamalkan (Akhlak). Seseorang yang memiliki aqidah yang benar secara otomatis akan termotivasi untuk berakhlak mulia, karena ia menyadari bahwa akhlak adalah cerminan kedalaman imannya. Sebaliknya, akhlak yang baik akan menguatkan keimanan, karena setiap perbuatan baik adalah penegasan terhadap kebenaran akidahnya.
Secara holistik, tujuan pembelajaran ini adalah mencetak lulusan yang tidak hanya cerdas secara intelektual (IQ) dan emosional (EQ), tetapi juga memiliki kecerdasan spiritual (SQ) yang tinggi. Mereka diharapkan menjadi agen perubahan positif di masyarakat, yang perilakunya menjadi teladan berdasarkan prinsip-prinsip keimanan yang murni dan perilaku yang terpuji, sesuai dengan tuntunan Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW. Pembelajaran Aqidah Akhlak bukan hanya mata pelajaran, melainkan proses seumur hidup untuk mencapai derajat ihsan.
Dengan demikian, pemahaman yang mendalam mengenai tujuan ini memastikan bahwa proses pendidikan agama berjalan efektif, menghasilkan individu yang beriman kuat, berakhlak mulia, dan mampu menjalankan fungsi kekhalifahannya di muka bumi dengan bijaksana dan bertanggung jawab.