Kelahiran seorang anak adalah anugerah terindah dari Allah SWT. Sebagai bentuk rasa syukur dan mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW, umat Islam dianjurkan melaksanakan ibadah aqiqah. Aqiqah secara bahasa berarti memotong atau mencukur rambut bayi yang baru lahir. Namun, dalam konteks syariat Islam, aqiqah merujuk pada ritual penyembelihan hewan sebagai tanda syukur atas kelahiran anak.
Memahami **tuntunan aqiqah menurut sunnah** sangat penting agar pelaksanaan ibadah ini sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ. Pelaksanaan yang benar akan mendatangkan keberkahan yang lebih besar bagi anak dan keluarga.
Para ulama sepakat bahwa hukum aqiqah adalah sunnah muakkadah (sunnah yang sangat dianjurkan). Ini adalah amalan yang sangat dianjurkan bagi orang tua yang mampu. Pelaksanaannya dianjurkan dilakukan pada hari ketujuh kelahiran bayi.
Jumlah hewan yang disembelih merupakan bagian krusial dalam tata cara aqiqah. Jumlah ini dibedakan berdasarkan jenis kelamin anak:
Hewan yang digunakan harus memenuhi syarat sahnya hewan kurban, yaitu sehat, tidak cacat, dan telah mencapai usia yang disyaratkan (misalnya domba minimal berusia enam bulan, kambing minimal berusia satu tahun).
Pelaksanaan aqiqah tidak hanya sebatas menyembelih hewan, tetapi melibatkan beberapa tahapan ritual yang dianjurkan:
Niat dilakukan pada saat hewan akan disembelih. Disunnahkan untuk memohon kepada Allah agar disembelihkannya hewan ini menjadi tebusan bagi anak tersebut dari bahaya.
Saat menyembelih, hendaknya menyebut nama Allah (Bismillah) dan bershalawat kepada Nabi Muhammad ﷺ. Doa spesifik untuk aqiqah anak juga diucapkan ketika hewan dihadapkan ke kiblat dan akan disembelih.
Setelah penyembelihan, dianjurkan untuk mencukur rambut bayi. Berat rambut yang dicukur tersebut kemudian ditimbang, dan perak atau emas seberat timbangan rambut tersebut disedekahkan atas nama anak.
Pembagian daging aqiqah memiliki tuntunan khusus. Daging hasil aqiqah ini tidak boleh dijual. Ada tiga bagian utama pembagian:
Aqiqah seringkali bertepatan dengan proses pemberian nama bayi. Setelah semua proses selesai, keluarga dianjurkan untuk memperbanyak doa agar anak senantiasa berada dalam lindungan Allah, menjadi anak yang saleh/salehah, dan membawa kebahagiaan dunia akhirat.
Mengikuti **tuntunan aqiqah menurut sunnah** bukan sekadar ritual formalitas. Di dalamnya terkandung hikmah mendalam. Pertama, ini menunjukkan ketaatan penuh kita kepada ajaran Rasulullah ﷺ. Kedua, aqiqah berfungsi sebagai penebus (fida') bagi bayi dari kegadaian syariat, sebagaimana disebutkan dalam beberapa hadits.
Selain itu, pelaksanaan aqiqah secara terbuka dan dibagikan kepada lingkungan sekitar adalah sarana dakwah dan berbagi kebahagiaan dengan sesama muslim, mempererat tali silaturahim, dan menjauhkan bayi dari kesialan atau bala’ (menurut pandangan sebagian ulama yang membolehkan konsep tersebut sebagai bentuk pencegahan dan doa).
Dengan melaksanakan aqiqah sesuai panduan yang sahih, kita berharap kelahirannya menjadi ladang pahala baru bagi kedua orang tuanya, serta menjadi generasi penerus umat yang berbakti.