Aqiqah merupakan salah satu bentuk rasa syukur umat Islam atas karunia kelahiran seorang anak. Secara bahasa, aqiqah berarti memotong atau rambut. Dalam konteks syariat, aqiqah adalah penyembelihan hewan ternak sebagai tanda syukur kepada Allah SWT atas kelahiran bayi, biasanya dilakukan pada hari ketujuh, keempat belas, atau kedua puluh satu. Memahami urutan pelaksanaan aqiqah yang benar sangat penting agar ibadah ini sah dan sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW.
Pelaksanaan aqiqah hukumnya adalah sunnah muakkadah (sunnah yang sangat dianjurkan). Meskipun ada perbedaan pandangan mengenai kewajiban mutlaknya, mayoritas ulama sepakat bahwa aqiqah sangat dianjurkan bagi orang tua yang mampu.
Waktu terbaik untuk melaksanakan aqiqah adalah pada hari ketujuh setelah kelahiran bayi. Jika tidak memungkinkan, dapat ditunda hingga hari ke-14, atau maksimal hari ke-21. Jika orang tua baru mampu setelah melewati waktu tersebut, maka ia dianjurkan untuk tetap melaksanakan aqiqah sebagai penebusan nazar atau tanda syukur yang tertunda.
Proses aqiqah melibatkan beberapa tahapan penting yang harus diperhatikan, mulai dari persiapan hewan, niat, hingga pembagian dagingnya. Berikut adalah urutan pelaksanaan yang terstruktur:
Jumlah hewan yang disembelih mengikuti ketentuan syariat:
Syarat hewan (kambing/domba) yang disembelih harus memenuhi syarat hewan kurban, yaitu sehat, tidak cacat, dan telah mencapai usia minimal yang disyaratkan (biasanya lebih dari enam bulan untuk domba, atau satu tahun untuk kambing).
Saat hewan akan disembelih, orang tua (atau pelaksana aqiqah) harus mengucapkan niat yang jelas. Niat ini dibarengi dengan membaca Basmalah (Bismillah) dan takbir (Allahu Akbar). Niat tersebut menyatakan bahwa penyembelihan ini adalah bentuk syukur atas kelahiran anak.
Penyembelihan harus dilakukan oleh seorang Muslim yang memenuhi syarat (baligh dan berakal sehat) menggunakan pisau yang sangat tajam. Pemotongan harus mengenai tenggorokan, kerongkongan, dan dua urat nadi utama di leher hewan secara cepat dan tepat. Membaca doa khusus saat menyembelih sangat dianjurkan.
Setelah disembelih dan diproses, daging aqiqah dianjurkan untuk dimasak terlebih dahulu sebelum dibagikan. Tujuannya adalah agar dapat dihidangkan langsung sebagai wujud syukuran kepada kerabat, tetangga, dan fakir miskin. Namun, ada juga pandangan yang membolehkan pembagian mentah seperti daging kurban.
Pembagian daging aqiqah memiliki tata cara tersendiri, meskipun sifatnya lebih fleksibel dibandingkan kurban:
Mayoritas ulama menyarankan agar tulang belulang tidak dibuang sembarangan, melainkan dikuburkan di pekarangan rumah sebagai bentuk penghormatan dan menjaga kebersihan lingkungan.
Pada hari ketujuh (atau hari pelaksanaan aqiqah), rambut bayi yang baru lahir dicukur hingga bersih. Berat rambut yang dicukur tersebut kemudian ditimbang, dan perak seberat timbangan rambut tersebut disedekahkan kepada fakir miskin. Sedekah perak ini melengkapi rangkaian ibadah syukur aqiqah.
Melaksanakan aqiqah bukan hanya sekadar tradisi, tetapi juga mengandung makna spiritual yang mendalam. Daging aqiqah yang dibagikan dipercaya menjadi penebus dari risiko yang mungkin menimpa anak. Selain itu, aqiqah menjadi sarana untuk mengumumkan kelahiran anak kepada masyarakat dengan cara yang baik dan penuh syukur. Dengan mengikuti urutan pelaksanaan aqiqah yang benar, orang tua telah menunaikan hak sunnah dan mendoakan kebaikan bagi masa depan buah hati mereka.
Ingatlah bahwa keikhlasan niat dalam melaksanakan ibadah ini adalah inti dari semua amal perbuatan. Semoga kelahiran buah hati senantiasa membawa berkah bagi keluarga.