Memahami Akidah Ahmadiyah

Akidah Ahmadiyah, yang juga dikenal sebagai gerakan Islam yang didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad di abad ke-19 di Qadian, India, merupakan sebuah topik yang kompleks dan seringkali memicu perdebatan dalam dunia Islam. Gerakan ini memiliki keyakinan teologis yang khas yang membedakannya dari arus utama Islam (Sunni dan Syiah), terutama terkait dengan konsep kenabian dan kedatangan Imam Mahdi. Memahami akidah mereka memerlukan tinjauan yang cermat terhadap fondasi ajaran mereka.

Simbolis representasi pembelajaran dan perbedaan keyakinan.

Konsep Kenabian dan Kedatangan Mirza Ghulam Ahmad

Titik sentral yang membedakan Ahmadiyah dari Islam mayoritas adalah pandangan mereka mengenai Mirza Ghulam Ahmad. Kaum Muslimin meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW adalah "Khatamun Nabiyyin" (Penutup Para Nabi) dan tidak ada nabi lagi setelah beliau. Namun, Ahmadiyah meyakini bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah Maseh Mau'ud (Mesias yang Dijanjikan) dan Mahdi yang Dinantikan.

Dalam terminologi Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad bukanlah nabi yang membawa syariat baru, melainkan seorang Nabi yang mengikuti (Zilli) atau Nabi yang dipayungi (Buruz). Artinya, ia menerima wahyu ilahi dalam kapasitasnya sebagai pengikut Nabi Muhammad SAW, dan ajarannya tidak menggantikan Al-Qur'an atau Sunnah, melainkan hanya memperbarui pemahaman Islam sesuai dengan janji-janji yang tertulis dalam hadis. Klaim ini sering menjadi sumber kontroversi utama dengan komunitas Muslim lainnya.

Pandangan Tentang Nabi Isa (Yesus)

Perbedaan mendasar lainnya terletak pada nasib Nabi Isa AS. Sementara Islam mayoritas meyakini bahwa Nabi Isa diangkat ke surga secara fisik dan akan turun kembali menjelang akhir zaman untuk mengalahkan Dajjal, Ahmadiyah memiliki interpretasi yang berbeda. Mereka meyakini bahwa Nabi Isa tidak wafat di kayu salib, tetapi berhasil diselamatkan dan kemudian melakukan perjalanan ke timur (sering diyakini ke Kashmir) hingga wafat secara wajar.

Bagi Ahmadiyah, kedatangan kembali Nabi Isa yang dinantikan telah dipenuhi secara rohani melalui personifikasi Mirza Ghulam Ahmad. Mereka menafsirkan ayat-ayat tentang turunnya Isa sebagai metafora untuk kedatangan seorang reformis spiritual yang membawa semangat kenabian Isa. Keyakinan ini secara langsung meniadakan perlunya kedatangan fisik Nabi Isa yang kedua di akhir zaman menurut pemahaman arus utama.

Tujuan dan Penyebaran Gerakan

Tujuan utama pendirian gerakan Ahmadiyah adalah untuk mereformasi umat Islam, mengembalikan ajaran Islam pada kemurnian aslinya, serta membuktikan kebenaran Islam di hadapan tantangan modernitas dan agama lain. Mereka sangat menekankan pentingnya jihad secara spiritual dan damai, menolak segala bentuk jihad bersenjata di era modern kecuali dalam konteks pertahanan diri yang sangat terbatas.

Secara organisasi, Ahmadiyah dipimpin oleh Khalifah (disebut Khalifatul Masih) yang merupakan penerus spiritual Mirza Ghulam Ahmad. Khalifah ini memimpin komunitas secara global dan menjadi otoritas tertinggi dalam urusan agama dan administrasi. Meskipun menghadapi penolakan keras di banyak negara Muslim, Ahmadiyah telah berhasil menyebar ke hampir seluruh penjuru dunia, membangun masjid, sekolah, dan fasilitas kesehatan di bawah naungan organisasi internasional mereka.

Perbedaan Dalam Pandangan Keagamaan

Perbedaan akidah ini menimbulkan konsekuensi hukum dan sosial di beberapa negara, di mana mayoritas Muslim tidak mengakui Ahmadiyah sebagai bagian dari Islam karena klaim kenabian pengikutnya. Bagi para pengikut Ahmadiyah, mereka tetap teguh memegang prinsip bahwa mereka adalah Muslim yang setia mengikuti ajaran Al-Qur'an dan Nabi Muhammad SAW, namun dengan penafsiran khusus mengenai kedatangan reformis terakhir.

Secara ringkas, inti dari akidah Ahmadiyah berkisar pada pemahaman bahwa janji kedatangan kembali Mesias telah terpenuhi dalam diri Mirza Ghulam Ahmad, yang bertindak sebagai nabi pengikut tanpa syariat baru. Pemahaman ini adalah kunci untuk membedakan mereka secara teologis dari Muslim lainnya, menjadikannya subjek studi penting dalam teologi perbandingan agama-agama Abrahamik.

🏠 Homepage