Akidah Hanabilah merujuk pada keyakinan teologis yang dianut oleh pengikut mazhab Hanbali, salah satu dari empat mazhab fikih utama dalam Sunni. Mazhab ini didirikan atas dasar penekanan kuat pada pemahaman literal (zhahir) terhadap Al-Qur'an dan Sunnah, serta mengikuti jejak para Salaf (pendahulu yang saleh). Memahami akidah ini penting untuk membedakan antara tawaṣṣul (pendekatan) yang sesuai syariat dengan praktik-praktik yang cenderung mengarah pada bid'ah atau kesesatan.
Inti dari ajaran akidah Hanbali adalah pengembalian total kepada sumber-sumber primer Islam: Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagaimana dipahami oleh generasi sahabat dan tabi'in. Mereka sangat berhati-hati terhadap interpretasi filosofis atau spekulatif (kalam) yang tidak memiliki dasar kuat dari teks-teks suci.
Salah satu ciri khas paling menonjol dari akidah Hanabilah, terutama dalam kaitannya dengan para ulama seperti Ibnu Taimiyah dan muridnya Ibnul Qayyim Al-Jauziyah, adalah pendekatan mereka terhadap nama dan sifat Allah SWT. Mereka menganut prinsip Isti'naf (penetapan apa adanya) dan Tafwidl (penyerahan makna hakiki kepada Allah), dengan kaidah terkenal: "Kita menetapkan apa yang ditetapkan Allah untuk diri-Nya tanpa tahrif (penyimpangan makna), ta'til (peniadaan), takyif (penentuan bagaimana caranya), dan tamtsil (penyerupaan dengan makhluk)."
Prinsip ini menolak keras penakwilan (ta'wil) sifat-sifat Allah yang menyimpang dari makna literal, seperti menafsirkan "tangan Allah" sebagai "kekuasaan Allah" tanpa penetapan sifat tangan yang sesuai keagungan-Nya.
Para ulama Hanabilah secara umum bersikap sangat skeptis dan kritis terhadap ilmu kalam (teologi rasional) yang populer pada era Mu'tazilah dan Asy'ariyah. Mereka berpandangan bahwa akidah yang benar tidak memerlukan alat bantu logika filosofis yang kompleks. Jika akal bertentangan dengan dalil naqli (wahyu), maka dalil naqli harus didahulukan.
Penekanan ini bertujuan untuk menjaga kemurnian tauhid dari pengaruh pemikiran Yunani atau filsafat yang dianggap dapat merusak kejelasan pesan Islam.
Akidah Hanabilah sangat menjunjung tinggi konsep Ittiba' (mengikuti secara ketat) terhadap tradisi Salaf Ash-Shalih. Mereka melihat bahwa cara beragama para sahabat adalah tolok ukur yang paling sahih. Oleh karena itu, munculnya amalan-amalan baru dalam ibadah atau keyakinan (bid'ah) sangat ditekankan untuk dihindari.
Hal ini melahirkan sikap yang tegas terhadap berbagai praktik seperti:
Akidah Hanabilah adalah sebuah kerangka teologis yang mengedepankan kesederhanaan, kemurnian, dan kepatuhan tekstual terhadap Al-Qur'an dan Sunnah. Dengan berpegang teguh pada pemahaman Salaf, mereka berusaha menjaga umat dari penyimpangan akidah yang seringkali muncul akibat interpretasi rasional yang berlebihan atau penambahan-penambahan dalam ritual keagamaan. Prinsip ini menawarkan jalan tengah yang menekankan penyerahan diri total (Islam) kepada otentisitas wahyu.