Aqdiah, atau akidah (keyakinan), merupakan landasan fundamental bagi setiap Muslim. Dalam Islam, sumber utama dan satu-satunya yang otentik untuk membangun akidah adalah Al-Qur'an. Kitab suci ini bukan sekadar kumpulan hukum atau sejarah, melainkan firman Allah SWT yang menjelaskan hakikat penciptaan, sifat-sifat Ilahi, serta tujuan keberadaan manusia di dunia. Memahami aqidah berdasarkan Al-Qur'an berarti menempatkan kebenaran mutlak sebagai pusat dari seluruh cara pandang (worldview) seorang Muslim.
Pilar utama dari aqidah Al-Qur'an adalah konsep Tauhid, yaitu pengesaan Allah SWT secara mutlak. Al-Qur'an secara tegas menolak segala bentuk kesyirikan (menyekutukan Allah), baik dalam perbuatan, perkataan, maupun keyakinan. Ayat-ayat seperti dalam Surah Al-Ikhlas (Q.S. Al-Ikhlas: 1-4) menjadi ringkasan sempurna mengenai keunikan dan kesempurnaan Allah yang tidak memiliki sekutu, pasangan, atau bandingan.
Tauhid ini dibagi menjadi tiga tingkatan yang saling terkait dalam pandangan ulama tafsir:
Akidah berdasarkan Al-Qur'an tidak berhenti pada pengenalan terhadap Allah. Ia mencakup rukun iman lainnya yang juga dijelaskan secara rinci dalam kitab suci tersebut. Iman kepada kitab-kitab Allah menekankan bahwa Al-Qur'an adalah penutup dan penyempurna dari wahyu-wahyu sebelumnya (Taurat, Zabur, Injil). Keotentikan Al-Qur'an sebagai kalamullah adalah jaminan bahwa petunjuk yang dibawanya adalah valid dan abadi.
Selanjutnya, iman kepada Rasul-rasul Allah memastikan bahwa ajaran yang dibawa oleh para nabi dan rasul, khususnya Nabi Muhammad SAW, bersumber dari wahyu yang sama. Al-Qur'an memberikan standar bagaimana seorang Muslim harus bersikap terhadap para rasul, yaitu dengan membenarkan berita mereka dan mentaati perintah mereka selama sesuai dengan tuntunan Al-Qur'an itu sendiri.
Aqidah Al-Qur'an berfungsi sebagai kompas moral dan spiritual. Ketika seorang Muslim berpegang teguh pada keyakinan yang bersumber dari firman Allah, ia akan memiliki ketenangan batin (sakinah) dalam menghadapi ujian hidup. Keyakinan akan Hari Akhir (Yaumul Qiyamah), yang dijelaskan detail dalam narasi Al-Qur'an mengenai perhitungan amal, surga, dan neraka, mendorong seorang Muslim untuk senantiasa berbuat kebajikan dan menjauhi kemaksiatan.
Pemahaman yang benar mengenai ketetapan Allah (Qada' dan Qadar) juga dibentuk oleh Al-Qur'an. Ini mengajarkan keseimbangan antara usaha manusia (ikhtiyar) dan penyerahan diri kepada kehendak mutlak Allah (tawakkal). Aqidah ini mencegah sikap pasrah yang fatalistik sekaligus kesombongan yang mengabaikan peran Ilahi.
Untuk memastikan aqidah tetap murni sesuai tuntunan Al-Qur'an, seorang Muslim harus berpegang pada metode pemahaman yang sahih. Prioritas utama adalah memahami ayat-ayat muhkamat (yang jelas maknanya) dan merujuk kepada tafsir para sahabat Nabi dan ulama salaf yang konsisten mengikuti manhaj (metode) penafsiran yang benar. Al-Qur'an sendiri menyuruh manusia untuk berpikir dan merenungkan ayat-ayat-Nya (tadabbur), namun pemahaman harus tetap berada dalam koridor keilmuan yang diakui.
Singkatnya, aqidah Al-Qur'an adalah sistem keyakinan integral yang memusatkan seluruh orientasi hidup manusia kepada Allah Yang Maha Esa. Ia adalah jangkar yang memastikan bahwa iman seorang hamba tegak di atas fondasi yang paling kokoh dan terjamin kebenarannya, yaitu firman Allah SWT.