Memahami Aqidah Asy'ariyah Adalah: Jalan Tengah dalam Teologi Islam

Keseimbangan

Visualisasi Keseimbangan dalam Pemikiran

Di tengah keragaman pemikiran teologis dalam Islam, muncul aliran yang dikenal sebagai Aqidah Asy'ariyah. Aliran ini merupakan salah satu mazhab teologi (kalam) Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang paling dominan dan dianut oleh mayoritas umat Islam Sunni di seluruh dunia, terutama di Asia Tenggara, Timur Tengah, dan Afrika Utara. Memahami apa itu Aqidah Asy'ariyah adalah sebuah keharusan untuk mengenal fondasi teologis umat Islam modern.

Sejarah dan Pendiri Aqidah Asy'ariyah

Nama aliran ini dinisbatkan kepada Abu al-Hasan al-Asy'ari (wafat sekitar tahun 936 M). Al-Asy'ari pada awalnya merupakan pengikut mazhab Mu'tazilah, sebuah aliran rasionalis yang sangat menekankan penggunaan akal dalam memahami dalil-dalil agama. Namun, setelah bermuhasabah dan melakukan perenungan mendalam, ia memutuskan untuk meninggalkan Mu'tazilah dan mengembangkan manhaj (metode) teologi yang mencoba menengahi antara metode rasionalis Mu'tazilah dan tekstualis (literalistik) yang dianut oleh sebagian ulama hadis saat itu.

Metode yang dikembangkan oleh al-Asy'ari dikenal sebagai pendekatan pertengahan. Ia menerima bahwa akal memiliki peran penting dalam memahami kebenaran, tetapi ia juga menegaskan bahwa akal memiliki batasan. Dalam ranah keimanan (aqidah), wahyu (Al-Qur'an dan Sunnah) adalah otoritas tertinggi. Oleh karena itu, Aqidah Asy'ariyah adalah sebuah sintesis yang mencoba mengintegrasikan dalil naqli (teks) dengan dalil aqli (rasio), namun dengan prioritas utama pada naqli.

Prinsip Dasar Aqidah Asy'ariyah

Prinsip utama dari Aqidah Asy'ariyah adalah komitmen mereka terhadap mazhab Sunni, terutama dalam hal keimanan dasar. Namun, yang membedakan mereka secara signifikan adalah cara mereka menangani masalah-masalah yang dianggap membutuhkan penakwilan (ta'wil) atau interpretasi rasional, terutama terkait sifat-sifat Allah (Asma' wa Sifat).

1. Sifatullah (Asma' wa Sifat)

Ini adalah poin krusial dalam pembahasan Asy'ariyah. Mereka meyakini bahwa Allah memiliki sifat-sifat yang disebutkan dalam Al-Qur'an dan Sunnah (seperti tangan, mata, wajah, bersemayam/istiwa'). Namun, Asy'ariyah menolak interpretasi harfiah (literal) terhadap sifat-sifat tersebut karena hal itu dikhawatirkan akan menyerupai makhluk (tasybih).

Mereka mengikuti kaidah "Amluha bila takyif, wa bilamunfi", yang berarti mengimaninya sebagaimana adanya tanpa bertanya bagaimana (takyif), dan tanpa meniadakannya (ta'thil). Dalam praktiknya, banyak ulama Asy'ariyah melakukan ta'wil (interpretasi) terhadap sifat-sifat yang dianggap sulit dipahami maknanya secara harfiah, seperti "istiwa'" (bersemayam) yang ditafsirkan sebagai "menguasai" atau "mengatur".

2. Kasb (Perolehan) vs. Khalq (Penciptaan)

Dalam masalah perbuatan manusia (ikhtiyar), Asy'ariyah mengambil jalan tengah antara Jabariyah (fatalisme total) dan Qadariyah (kebebasan kehendak penuh). Mereka berkeyakinan bahwa Allah adalah Pencipta segala sesuatu, termasuk perbuatan manusia (khalq). Namun, manusia memiliki 'kasb' (perolehan) atas perbuatannya. Ini berarti manusia memilih untuk melakukan perbuatan tersebut, meskipun penciptaan perbuatan itu datang dari Allah.

3. Konsep Kekuasaan dan Keadilan Allah

Asy'ariyah sangat menekankan kemutlakan kehendak dan kekuasaan Allah (iradah kulliyah). Allah berbuat apa saja yang Dia kehendaki, dan tidak ada yang dapat menghalangi kehendak-Nya. Terkait keadilan Allah, mereka berpendapat bahwa segala sesuatu yang Allah lakukan adalah adil, meskipun akal manusia mungkin tidak memahaminya sebagai keadilan. Apa yang baik menurut Allah adalah baik, bukan sebaliknya.

Posisi Aqidah Asy'ariyah dalam Islam

Hingga saat ini, Aqidah Asy'ariyah adalah mazhab teologi yang mapan dan diakui secara luas dalam tradisi Sunni. Para ulama dari mazhab fikih empat (Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hanbali) banyak yang menganut dan mengajarkan prinsip-prinsip Asy'ariyah. Kedudukannya sebagai mazhab ahlussunnah menegaskan bahwa pendekatan mereka diterima sebagai salah satu cara yang sah untuk memahami persoalan teologis yang kompleks.

Perkembangan Asy'ariyah juga turut membentuk perkembangan ilmu kalam, membawa disiplin teologi Islam menjadi lebih sistematis dalam menghadapi tantangan filosofis dan intelektual pada masanya. Dengan menyeimbangkan antara akal dan wahyu, Aqidah Asy'ariyah adalah warisan intelektual yang kaya bagi umat Islam.

🏠 Homepage