Aqidah Islamiyah Menurut Hasan Al Banna

Pengantar Pemikiran Aqidah Al Banna

Hasan Al Banna, seorang ulama dan tokoh pergerakan Islam terkemuka dari Mesir, dikenal luas sebagai pendiri Ikhwanul Muslimin. Pemikiran beliau tidak hanya menyentuh aspek politik dan sosial, tetapi juga memiliki fondasi yang sangat kuat dalam bidang akidah (teologi atau keyakinan Islam). Bagi Al Banna, perbaikan umat dimulai dari perbaikan keyakinan individu. Aqidah Islamiyah yang beliau anut adalah aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang murni, berpegang teguh pada Al-Qur'an dan Sunnah, serta memahami keduanya melalui pemahaman para Sahabat dan ulama salafus shalih.

Beliau menekankan bahwa pemahaman keimanan haruslah praktis dan integral, bukan sekadar teori yang terpisah dari kehidupan sehari-hari. Aqidah harus menjadi sumber motivasi untuk beramal saleh, berjihad di jalan Allah, dan membangun masyarakat Islam yang utuh.

الله Q S Aqidah Murni

Representasi visual fokus pada Tauhid dan sumber utama (Qur'an & Sunnah).

Fondasi Utama Aqidah Hasan Al Banna

Hasan Al Banna mendasarkan aqidahnya pada tiga pilar utama yang harus diyakini secara kokoh oleh setiap Muslim:

Integrasi Aqidah dengan Amal (Al-'Amaliyyah)

Salah satu ciri khas pemikiran Al Banna adalah penolakannya terhadap pemisahan antara keyakinan (iman) dan perbuatan (amal). Dalam pandangannya, aqidah yang benar secara otomatis menuntut manifestasi dalam bentuk amal yang baik dan perbaikan sosial. Iman yang tertanam di hati harus diterjemahkan menjadi jihad dakwah.

Beliau sering mengkritik pemahaman teologi skolastik yang hanya berputar pada debat filosofis tanpa memberikan dampak nyata pada kemajuan umat. Aqidah Islamiyah menurutnya harus membentuk pribadi yang bertanggung jawab, disiplin, aktif berdakwah (amar ma'ruf nahi munkar), dan siap berkorban demi tegaknya syariat.

Kedudukan Akal dalam Aqidah

Meskipun berpegang teguh pada teks suci (naql), Al Banna tidak menolak peran akal (aql). Akal berfungsi sebagai alat untuk memahami dan menguatkan kebenaran yang dibawa wahyu, bukan sebagai hakim yang menentukan validitas wahyu. Aqidah Islam harus rasional dan sesuai dengan fitrah manusia, namun akal tidak boleh melampaui batasan yang ditetapkan oleh syariat. Ini memposisikannya secara moderat, menjauh dari ekstremisme rasionalisme dan taklid buta.

Aqidah dan Reformasi Sosial

Bagi Hasan Al Banna, kelemahan umat Islam di abad modern sebagian besar berasal dari kemerosotan pemahaman aqidah mereka. Ketika aqidah menjadi lemah atau tercampur dengan takhayul dan praktik non-Islam, semangat umat pun ikut melemah. Oleh karena itu, fondasi dakwah yang beliau bangun melalui Ikhwanul Muslimin selalu dimulai dari tarbiyah (pendidikan) aqidah yang intensif.

Aqidah yang benar, yang beliau ajarkan, harus menjadi energi untuk:

  1. Meningkatkan kualitas ibadah ritual (Mahdhah).
  2. Memperbaiki akhlak pribadi dan sosial.
  3. Membebaskan umat dari penjajahan ideologi asing.
  4. Membangun sistem kehidupan yang terinspirasi sepenuhnya oleh ajaran Islam.

Secara ringkas, aqidah Islamiyah menurut Hasan Al Banna adalah keyakinan teguh berbasis Qur'an dan Sunnah yang menuntut respons berupa amal shaleh totalitas, menjadikannya landasan utama bagi kebangkitan individu dan peradaban Islam.

🏠 Homepage