Menelusuri kembali fondasi keimanan yang murni.
Aqidah adalah pondasi utama dalam agama Islam. Ia merupakan keyakinan hati yang kokoh dan tidak tergoyahkan terhadap kebenaran yang dibawa oleh Rasulullah ﷺ. Syaikh Khalid bin Abdullah Al-Dzulqarnain, atau yang lebih dikenal luas sebagai Syaikh Khalid Basalamah, merupakan salah satu dai yang gencar menyuarakan pentingnya kembali kepada pemahaman aqidah para Sahabat Nabi (Salafush Shalih). Menurut pandangan yang beliau usung, aqidah yang benar harus bersumber murni dari Al-Qur'an dan As-Sunnah tanpa dicemari oleh taklid buta (mengikuti tanpa dalil) atau pemikiran filosofis yang menyimpang.
Fokus utama dalam dakwah beliau mengenai aqidah adalah penegakan Tauhid Rububiyyah, Uluhiyyah, dan Asma wa Shifat. Penjelasan mengenai tauhid Uluhiyyah, misalnya, sangat ditekankan. Ini adalah pengesaan Allah dalam segala bentuk ibadah. Syaikh Khalid sering mengingatkan umat akan bahaya kesyirikan (menyekutukan Allah), baik yang terang-terangan maupun yang tersembunyi, seperti meminta pertolongan kepada selain Allah dalam hal yang merupakan kekhususan Allah, seperti meminta rezeki atau ampunan di kuburan.
Salah satu pilar utama dalam pembahasan aqidah Khalid Basalamah adalah konsistensi dalam mengikuti manhaj (metodologi) para pendahulu yang shalih. Manhaj Salaf adalah cara beragama yang dipraktikkan oleh tiga generasi terbaik umat Islam: para Sahabat, Tabi'in, dan Tabi'ut Tabi'in. Mengapa ini penting? Karena generasi awal inilah yang menerima Islam langsung dari Rasulullah ﷺ dan memahaminya tanpa interpretasi yang bertele-tele.
Dalam konteks ini, Syaikh menekankan pentingnya pemahaman terhadap sifat-sifat Allah (Asma wa Shifat). Beliau menganjurkan kaum Muslimin untuk menetapkan sifat-sifat yang Allah tetapkan bagi diri-Nya dalam Al-Qur'an dan yang ditetapkan oleh Rasulullah ﷺ dalam hadits shahih, tanpa melakukan ta'thil (menolak), takyif (menanyakan bagaimana), tahrif (mengubah makna), atau tamtsil (menyerupakan dengan makhluk). Pendekatan ini adalah pertengahan antara kelompok yang terlalu ekstrem dalam penafsiran dan kelompok yang menolak sama sekali kebenaran sifat-sifat Allah tersebut.
Aqidah yang bersih tidak akan sempurna tanpa pembersihan dari praktik-praktik yang tidak diajarkan oleh syariat, yaitu bid'ah. Syaikh Khalid Basalamah secara konsisten mengupas tuntas berbagai bentuk bid'ah yang telah merajalela di tengah masyarakat Muslim, mulai dari bid'ah dalam perayaan hari besar yang tidak ada tuntunannya, hingga bid'ah dalam amalan harian.
Beliau mengajarkan kaidah bahwa setiap ibadah harus memiliki dasar yang kuat dari syariat. Jika suatu amalan yang diklaim sebagai ibadah tidak memiliki dalil yang shahih dari Al-Qur'an atau Sunnah, maka amalan tersebut harus ditinggalkan. Tujuan dari peringatan keras terhadap bid'ah ini bukanlah untuk memecah belah umat, melainkan untuk menjaga kemurnian agama, sebab dalam sebuah hadits shahih disebutkan, "Setiap bid'ah adalah kesesatan." Pemurnian ibadah ini merupakan konsekuensi logis dari penegakan tauhid. Ketika seseorang hanya menyembah Allah, ia harus memastikan bahwa cara penyembahannya sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya.
Aqidah yang shahih, sebagaimana yang diajarkan melalui kajian Syaikh Khalid Basalamah, bukan sekadar teori yang hanya dibahas di ruang kuliah. Ia harus membawa dampak nyata pada perilaku dan pandangan hidup seorang Muslim. Dengan aqidah yang kokoh, seorang Muslim akan memiliki ketenangan jiwa karena yakin bahwa segala sesuatu terjadi atas izin dan kehendak Allah (Qada dan Qadar), sehingga ia akan bersikap sabar ketika ditimpa musibah dan bersyukur ketika mendapat nikmat.
Selain itu, pemahaman yang benar tentang aqidah akan mendorong seorang Muslim untuk beramal shalih dengan penuh keikhlasan, karena ia sadar bahwa amalannya dilihat dan dinilai oleh Allah SWT semata, bukan untuk mencari pujian manusia. Oleh karena itu, mengikuti jejak kajian aqidah yang dibawa oleh ulama seperti Syaikh Khalid Basalamah adalah upaya fundamental untuk memastikan bahwa ibadah kita diterima di sisi Allah, dengan landasan keyakinan yang lurus dan teguh.