Aqidah NU: Memahami Akidah Ahlussunnah Wal Jama'ah Secara Online

Ilmu adalah cahaya penuntun.

Pengantar Aqidah NU

Ahlussunnah Wal Jama'ah (Aswaja) adalah landasan teologis yang dipegang teguh oleh Nahdlatul Ulama (NU). Dalam konteks digital saat ini, memahami aqidah NU secara online menjadi semakin penting. Aqidah NU merujuk pada pandangan keimanan yang moderat, toleran, dan mengacu pada tradisi keilmuan Islam yang mapan. Ini bukan sekadar dogma, melainkan cara pandang yang terstruktur dalam memahami Allah, Rasul, kitab suci, serta persoalan gaib dan hakikat kehidupan.

Platform online memungkinkan penyebaran dan pendalaman materi keagamaan dengan cepat. Namun, hal ini juga menghadirkan tantangan dalam memfilter informasi yang tidak akurat. Oleh karena itu, mengetahui sumber-sumber resmi dan memahami prinsip dasar aqidah NU sangat krusial bagi warga NU dan siapa pun yang tertarik mempelajari Islam nusantara.

Tiga Pilar Utama Aqidah Aswaja NU

Aswaja dalam pandangan NU dibangun di atas tiga pilar utama yang saling menguatkan: mengikuti mazhab fiqih empat (Hanafi, Maliki, Syafi'i, Hanbali), mengikuti manhaj berfikir (kalam) Asy'ariyah dan Maturidiyah, serta berpegang pada manhaj tasawuf (akhlak) yang diwakili oleh Imam Junaid Al-Baghdadi dan gurunya.

Dalam aspek kalam (teologi), NU condong pada Asy'ariyah dan Maturidiyah yang merupakan madzhab ahlussunnah yang menolak ekstremisme. Kedua madzhab ini menempatkan akal sebagai alat bantu untuk memahami wahyu, bukan sebagai penentu kebenaran tunggal. Mereka menekankan sifat-sifat Allah (sifat 20) dengan cara yang sesuai dengan keagungan-Nya, menghindari takwil yang bertentangan dengan nash tanpa dasar yang kuat, dan menolak paham tasybih (penyerupaan Allah dengan makhluk).

Pentingnya Tawassul dan Istighosah

Salah satu praktik yang sering menjadi sorotan dan dipahami secara berbeda oleh kelompok lain adalah tawassul dan istighosah. Dalam aqidah NU, tawassul (meminta perantaraan kepada Nabi Muhammad SAW atau para wali Allah) adalah amaliah yang diperbolehkan dan memiliki landasan historis dalam tradisi Islam. Hal ini didasarkan pada keyakinan bahwa Allah Maha Mengabulkan Doa, dan meminta melalui perantara yang dekat dengan-Nya adalah bentuk penghormatan dan pengharapan barakah.

Sementara itu, istighosah (memohon pertolongan) sering dilakukan secara berjamaah. Praktik ini bukan berarti menyekutukan Allah, melainkan merupakan bentuk solidaritas spiritual. Secara online, banyak kajian yang menjelaskan perbedaan antara tawassul yang diperbolehkan dan syirik yang dilarang, membantu umat membedakan mana yang termasuk bagian dari tradisi keilmuan yang diakui.

Moderasi (Wasatiyah) sebagai Kunci

Inti dari ajaran aqidah NU adalah sikap moderat atau wasatiyah. Moderasi ini tercermin dalam penolakan terhadap dua ekstremitas: paham yang terlalu kaku dan tekstual (literal) yang cenderung menghasilkan kekerasan (ghuluw), serta paham yang terlalu longgar (liberal) yang merelatifkan nilai-nilai ajaran agama. Aswaja NU mengajak umat untuk berpikir kritis namun tetap menghormati otoritas keilmuan yang telah diakui oleh para ulama terdahulu.

Dengan mengakses informasi aqidah NU secara online, umat diharapkan dapat memperkuat pemahaman mereka terhadap Islam yang rahmatan lil 'alamin, menjaga persatuan, dan berkontribusi positif dalam masyarakat. Penting untuk selalu merujuk pada kanal-kanal resmi yang dikelola oleh jam'iyyah Nahdlatul Ulama untuk mendapatkan pemahaman yang otentik dan terpercaya.

Artikel ini adalah rangkuman sederhana mengenai dasar-dasar Aqidah Nahdlatul Ulama untuk pemahaman awal secara digital.

🏠 Homepage