Ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah salah satu komoditas perikanan air tawar paling populer di dunia, terutama di Indonesia. Keberhasilan budidaya nila sangat bergantung pada pemahaman mendalam mengenai siklus reproduksi alaminya. Ikan nila dikenal memiliki tingkat pertumbuhan yang relatif cepat dan kemampuan adaptasi yang tinggi, namun, mereka juga dikenal sangat produktif dalam hal perkembangbiakan.
Sebelum pemijahan terjadi, ikan nila harus mencapai fase kematangan gonad (kelenjar reproduksi). Durasi waktu yang dibutuhkan bervariasi tergantung pada kondisi lingkungan, terutama suhu air dan ketersediaan pakan.
Dalam budidaya, membedakan jenis kelamin sangat penting untuk mengontrol populasi dan menghasilkan panen yang seragam. Nila adalah ikan yang mengalami perpindahan jenis kelamin (seks reversal) secara alami, meskipun dalam lingkungan budidaya, biasanya dikelola agar dominan jantan karena pertumbuhan jantan lebih cepat.
Secara visual, perbedaan antara jantan dan betina pada nila dewasa meliputi:
Reproduksi ikan nila tergolong unik dibandingkan banyak jenis ikan lainnya karena melibatkan perilaku pemeliharaan anak yang intensif. Proses ini dapat dibagi menjadi beberapa tahapan kunci:
Pemijahan terjadi ketika jantan menemukan area dasar perairan yang cocok, biasanya substrat lumpur halus atau pasir. Jantan nila yang dominan akan membersihkan area tersebut dan membentuk cekungan atau sarang dengan menggunakan sirip ekor dan badannya. Proses ini bertujuan untuk menarik perhatian betina.
Setelah betina tertarik dan memasuki sarang, pejantan akan melakukan ritual pacaran yang ditandai dengan gerakan-gerakan tertentu. Fertilisasi pada nila terjadi secara eksternal. Betina akan melepaskan telur (ovum) ke dalam sarang, dan segera diikuti oleh pelepasan sperma (sperma) oleh jantan untuk membuahi telur tersebut.
Ini adalah ciri khas terpenting dari reproduksi ikan nila. Setelah pembuahan, betina akan segera memasukkan semua telur yang sudah dibuahi ke dalam mulutnya. Proses ini disebut inkubasi mulut. Betina akan mengerami telur tersebut di dalam mulutnya selama beberapa hari hingga menetas menjadi larva.
Selama periode inkubasi ini, induk betina tidak akan makan sama sekali karena mulutnya terisi penuh oleh telur atau larva. Perilaku ini merupakan mekanisme pertahanan diri yang sangat efektif untuk melindungi keturunan dari predator.
Setelah menetas, larva akan tetap berada di mulut induk selama beberapa hari hingga mereka mampu berenang mandiri. Ketika induk merasa larva sudah cukup kuat, ia akan melepaskan mereka ke kolom air. Namun, pada beberapa jam atau hari pertama setelah pelepasan, induk masih berusaha mengumpulkan kembali anakan yang terpisah ke dalam mulutnya jika ada bahaya.
Keberhasilan pemijahan alami sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan:
Memahami tahapan reproduksi ikan nila ini memungkinkan para pembudidaya untuk mengelola kolam pemijahan dengan lebih efektif, memastikan ketersediaan benih yang berkualitas untuk budidaya pembesaran.