Panduan Lengkap Pelaksanaan Aqiqah Secara Sunnah

Syukur

Ilustrasi ungkapan syukur atas kelahiran.

Apa Itu Aqiqah?

Aqiqah adalah salah satu sunnah muakkadah (sunnah yang sangat dianjurkan) dalam Islam yang dilaksanakan sebagai bentuk syukur kepada Allah SWT atas karunia kelahiran seorang anak. Secara bahasa, 'aqiqah' berarti memotong rambut bayi yang baru lahir. Secara syariat, ia merujuk pada penyembelihan hewan ternak tertentu pada hari ketujuh kelahiran anak.

Melaksanakan aqiqah bukan sekadar tradisi, melainkan wujud ketaatan kita mengikuti tuntunan Nabi Muhammad SAW. Ini adalah momen penting yang menandai masuknya anggota keluarga baru ke dalam naungan kasih sayang dan rahmat Allah.

Landasan Hukum dan Hikmah Aqiqah

Dasar utama pelaksanaan aqiqah bersumber dari hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi dan Ibnu Majah, di mana beliau bersabda bahwa setiap anak tergadai dengan aqiqahnya. Hal ini mengindikasikan bahwa aqiqah memiliki peran penting dalam pemeliharaan dan keberkahan hidup anak tersebut di masa depan.

Hikmah di balik syariat aqiqah sangat mendalam. Selain sebagai ungkapan syukur, aqiqah juga berfungsi untuk:

Ketentuan Aqiqah Sesuai Sunnah

Untuk memastikan ibadah aqiqah kita sah dan sesuai tuntunan, terdapat beberapa ketentuan spesifik yang harus diperhatikan, terutama terkait jumlah hewan dan waktu pelaksanaannya.

1. Waktu Pelaksanaan

Waktu yang paling utama dan dianjurkan untuk melaksanakan aqiqah adalah pada hari ketujuh setelah kelahiran bayi. Jika karena suatu hal tidak dapat dilaksanakan pada hari ketujuh, sebagian ulama membolehkan pada hari keempat belas atau kedua puluh satu. Namun, hari ketujuh tetap menjadi patokan utama dalam sunnah.

2. Jumlah Hewan Kurban (Domba/Kambing)

Jumlah hewan yang disembelih berbeda antara anak laki-laki dan anak perempuan:

Catatan Penting: Hewan aqiqah harus memenuhi syarat yang sama dengan hewan kurban, yaitu sehat, tidak cacat, dan telah mencapai usia yang disyaratkan (biasanya lebih dari enam bulan untuk domba/kambing yang sehat).

3. Pembagian Daging Hasil Aqiqah

Setelah hewan disembelih dan dimasak (atau dibagikan mentah, meskipun mayoritas ulama menganjurkan dibagikan dalam bentuk masakan), pembagian daging harus dilakukan dengan memperhatikan porsi sesuai anjuran sunnah:

  1. Sepertiga untuk disedekahkan kepada fakir miskin.
  2. Sepertiga untuk dibagikan kepada kerabat, tetangga, dan teman (non-fakir).
  3. Sepertiga untuk disisihkan sebagai jamuan bagi orang yang diundang acara syukuran (jika diadakan).

Penting: Daging aqiqah tidak boleh dijual, baik oleh orang tua maupun oleh tukang jagal yang menyembelihnya.

Prosedur dan Doa Saat Menyembelih

Proses penyembelihan harus dilakukan dengan menyebut nama Allah (Bismillah) dan memanjatkan doa. Jika orang tua tidak menyembelih sendiri, ia bisa menunjuk perwakilan yang muslim untuk melakukannya atas nama orang tua.

Ketika menyembelih, disunnahkan membaca doa: "Bismillahi wa billahi wa 'ala millati Rasulillah, Allahumma hadzihi 'aqiqatu 'an [Nama Anak]."

Setelah penyembelihan, sangat dianjurkan untuk mengadakan walimatul 'aqiqah (resepsi sederhana) sebagai bentuk syiar dan berbagi kebahagiaan. Ini adalah momen di mana keluarga mengundang tetangga dan kerabat untuk mendoakan keberkahan bagi si buah hati.

Kesimpulan

Aqiqah secara sunnah adalah ibadah yang penuh makna, menghubungkan rasa syukur orang tua dengan kewajiban agama. Dengan memenuhi syarat dan adab yang telah ditetapkan, pelaksanaan aqiqah akan menjadi amalan yang sempurna di sisi Allah, membawa keberkahan bagi kehidupan anak yang baru lahir hingga dewasa. Pelaksanaan yang tepat memastikan bahwa tradisi mulia ini tetap murni mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW.

🏠 Homepage