Prosesi ijab kabul merupakan inti dan puncak dari sebuah akad nikah dalam Islam. Momen sakral ini menentukan sah atau tidaknya pernikahan secara syar'i. Bagi pengantin pria, peran utamanya adalah mengucapkan **Qabul** (penerimaan) sebagai respons langsung atas ucapan **Ijab** (penawaran) yang diucapkan oleh wali nikah mempelai wanita. Memahami tata cara dan lafadz yang tepat sangat krusial agar janji suci ini terlaksana dengan sempurna di hadapan Allah SWT dan para saksi.
Kekuatan Lafadz Qabul Pengantin Pria
Lafadz qabul yang diucapkan oleh pengantin pria harus jelas, tegas, dan tanpa keraguan sedikit pun. Keraguan atau jeda yang terlalu lama antara ijab dan qabul dapat membatalkan keabsahan akad. Prinsip dasarnya adalah pengantin pria harus menyatakan penerimaan terhadap pernikahan tersebut dengan mensyaratkan mahar yang telah disebutkan dalam sesi ijab.
Jawaban yang sah harus sesuai dengan konteks yang ditawarkan wali. Misalnya, jika wali berkata, "Saya nikahkan engkau dengan putri saya bernama [Nama Wanita] dengan mas kawin berupa emas seberat 10 gram dibayar tunai," maka qabul pengantin pria harus mengkonfirmasi penerimaan tersebut.
Contoh Jawaban Ijab Kabul yang Benar
Meskipun terdapat sedikit variasi dalam tradisi dan mazhab, lafadz qabul yang paling umum dan diakui keabsahannya adalah yang singkat, padat, dan tegas menyatakan persetujuan.
Lafadz Qabul Standar (Indonesia)
Setelah wali mengucapkan ijab, pengantin pria harus segera menjawab dengan lafadz berikut (sebelum nafas terputus atau jeda panjang):
"Qabiltu Nikahaha watazawwijtuha 'ala maa dakaraka min shohri wamaaliha haqqan wa'ala dzimmatika"
Atau versi yang lebih ringkas dan sering digunakan:
"Saya terima nikah dan kawinnya [Nama Wanita] binti [Nama Wali] dengan mas kawin tersebut, dibayar tunai."
Etika dan Adab Saat Mengucapkan Qabul
Selain kejelasan lafadz, adab yang menyertai pengucapan qabul juga sangat penting untuk menjaga kekhidmatan acara. Pengantin pria harus berada dalam kondisi suci (wudhu), menghadap ke arah yang benar (biasanya kiblat jika memungkinkan), dan mengucapkan dengan suara yang cukup lantang agar terdengar oleh penghulu dan minimal dua orang saksi.
- Ketegasan: Hindari nada ragu atau suara yang berbisik. Jawaban harus tegas menunjukkan kesiapan mental dan spiritual.
- Kesatuan Waktu: Qabul harus segera mengikuti ijab. Jangan menyisipkan kalimat lain di antara keduanya, seperti mengucapkan terima kasih atau basa-basi lain.
- Konsentrasi: Fokuskan pikiran hanya pada janji yang sedang diikrarkan. Ini adalah momen pertanggungjawaban pertama Anda sebagai suami.
Mengapa Jawaban Harus Tepat?
Dalam fikih pernikahan, akad adalah kontrak yang mengikat secara hukum agama. Lafadz ijab dan qabul menciptakan hubungan halal antara pria dan wanita tersebut. Jika jawaban pengantin pria tidak sesuai dengan substansi ijab (misalnya, lupa menyebutkan mahar yang disepakati atau menyatakan penolakan tersirat), maka akad bisa batal atau setidaknya meragukan keabsahannya. Oleh karena itu, persiapan mental untuk mengucapkan lafadz qabul yang tepat adalah persiapan fundamental sebelum melangkah ke pelaminan. Jangan hanya menghafal, tetapi pahami makna di baliknya: janji seumur hidup untuk membimbing dan bertanggung jawab.
Setelah qabul terucap dan diamini oleh para hadirin, maka status pernikahan telah sah secara syar'i. Momen ini menandai dimulainya babak baru kehidupan, di mana pengantin pria telah resmi memikul amanah besar sebagai seorang suami.