Menentukan Kedalaman Sumur Pompa Submersible yang Tepat

Ilustrasi Kedalaman Sumur Pompa Submersible Static Water Level Drawdown Level Sumur

Memilih pompa air celup atau pompa submersible yang tepat adalah langkah krusial dalam memastikan pasokan air yang andal dari sumur bor. Salah satu faktor penentu utama keberhasilan instalasi adalah pemahaman mendalam mengenai kedalaman sumur pompa submersible. Kedalaman ini tidak hanya merujuk pada total lubang bor, tetapi lebih spesifik pada posisi penempatan pompa agar beroperasi efisien dan memiliki umur pakai yang panjang.

Mengapa Kedalaman Penting?

Pompa submersible dirancang untuk bekerja sepenuhnya terendam dalam air. Penentuan kedalaman penempatan pompa yang akurat sangat vital karena beberapa alasan. Pertama, pompa harus selalu terendam setidaknya di atas bagian hisapnya (intake) untuk mencegah pompa bekerja kering (*dry running*). Bekerja kering adalah penyebab utama kerusakan prematur pada motor pompa karena panas berlebih dan kurangnya pelumasan.

Kedua, kedalaman menentukan Head (tekanan) yang harus dihasilkan pompa. Semakin dalam posisi pompa, semakin tinggi energi yang dibutuhkan untuk mendorong air ke permukaan. Kesalahan dalam memperhitungkan kedalaman sumur akan mengakibatkan pompa tidak mampu mengangkat air ke atas atau menghasilkan debit yang sangat kecil, meskipun spesifikasi pompa tampaknya memadai.

Perbedaan Ketinggian Air: Statis dan Dinamis

Saat menentukan instalasi, teknisi harus memahami dua konsep penting terkait level air dalam sumur: Static Water Level (SWL) dan Pumping Water Level (PWL) atau Drawdown Level. SWL adalah ketinggian permukaan air saat pompa tidak beroperasi. Ini adalah ketinggian alami air di dalam sumur.

Sementara itu, PWL adalah ketinggian air saat pompa sedang bekerja secara maksimal. Proses pemompaan akan menurunkan permukaan air dari posisi statisnya. Penurunan ini disebut *drawdown*. Untuk instalasi yang baik, pompa submersible harus diposisikan jauh di bawah PWL, idealnya sekitar 1 hingga 2 meter di bawah level *drawdown* terendah yang pernah tercatat selama musim kemarau terparah.

Menghitung Posisi Ideal Pompa

Langkah pertama adalah mengukur SWL sumur Anda. Pengukuran ini biasanya dilakukan menggunakan alat ukur level air atau metode sederhana dengan tali dan pemberat.

Selanjutnya, tentukan *Total Dynamic Head* (TDH) yang dibutuhkan sistem Anda. TDH mencakup: ketinggian vertikal dari PWL ke titik tertinggi pengeluaran air, kehilangan tekanan akibat gesekan pada pipa (frictional loss), dan tekanan yang dibutuhkan di ujung pipa (*pressure head*). Setelah TDH diketahui, pilih pompa yang kurva kinerjanya sesuai.

Untuk penempatan kedalaman sumur pompa submersible, aturan umum adalah memasang pompa minimal 5 meter di bawah SWL, tetapi yang paling krusial adalah memastikan pompa berada setidaknya 1 meter di atas dasar sumur untuk menghindari sedimen dan lumpur tersedot, dan pastikan terendam minimal 1-2 meter di bawah PWL terjauh.

Jika kedalaman sumur sangat besar dan mendekati batas kemampuan hisap pompa (meskipun submersible tidak benar-benar 'menghisap' melainkan 'mendorong'), pertimbangkan untuk menggunakan dua pompa atau konsultasikan dengan ahli geologi air tanah untuk memastikan zona akuifer yang dipilih memiliki cadangan air yang cukup untuk menopang laju pemompaan tanpa mengeringkan area sekitar pompa secara permanen.

Risiko Penempatan yang Terlalu Dangkal atau Terlalu Dalam

Jika pompa dipasang terlalu dangkal (mendekati SWL atau di atas PWL), risiko pompa bekerja kering sangat tinggi, yang dapat menyebabkan motor terbakar dalam hitungan menit. Sebaliknya, memasang pompa terlalu dalam di dasar sumur meskipun masih terendam air, dapat meningkatkan risiko pompa menyedot pasir, kerikil, atau material abrasif lainnya yang dapat merusak impeller dan seal pompa secara signifikan.

Oleh karena itu, investasi waktu untuk pengukuran akurat mengenai kedalaman sumur dan perilaku air di dalamnya adalah investasi jangka panjang untuk ketahanan sistem penyediaan air Anda.

🏠 Homepage