Keputusan mengenai seberapa dalam sebuah sumur bor harus digali merupakan salah satu faktor krusial yang menentukan keberhasilan proyek penyediaan air bersih. Kedalaman yang tidak tepat dapat menyebabkan biaya membengkak tanpa hasil yang memadai, atau sebaliknya, sumur yang dangkal bisa cepat mengering saat musim kemarau. Proses menentukan kedalaman sumur bor memerlukan kombinasi antara data teknis geologi, hidrologi, dan pengalaman praktis di lapangan.
Pentingnya Data Geologi Awal
Langkah fundamental dalam menentukan kedalaman adalah memahami struktur geologi di lokasi pengeboran. Formasi batuan yang berbeda memiliki kemampuan menyimpan dan mengalirkan air (akuifer) yang bervariasi. Batuan sedimen seperti pasir dan kerikil cenderung menjadi akuifer yang baik, sementara batuan beku masif mungkin memerlukan kedalaman yang jauh lebih besar untuk menemukan retakan atau zona rekahan yang menyimpan air.
Peta geologi regional sangat membantu. Ahli geologi dapat mengidentifikasi potensi kedalaman zona akuifer utama berdasarkan data sumur bor di sekitar lokasi yang telah ada. Jika lokasi berada di daerah karst, misalnya, kedalaman harus disesuaikan untuk menghindari rongga kosong besar yang tidak stabil dan mencari sambungan antara gua-gua bawah tanah.
Kajian Hidrologi dan Data Sumur Eksisting
Selain geologi struktur, faktor hidrologi sangat menentukan target kedalaman. Hal ini melibatkan studi mengenai muka air tanah (water table) lokal dan regional. Di daerah dataran rendah, akuifer mungkin mudah ditemukan pada kedalaman 15 hingga 30 meter. Namun, di daerah perbukitan, kedalaman bisa mencapai 50 meter atau lebih untuk menembus batuan penutup dan mencapai akuifer yang lebih dalam dan tertekan (confined aquifer).
Data sumur di sekitar lokasi sangat berharga. Jika rata-rata sumur produktif di area tersebut memiliki kedalaman 40 meter dengan debit yang baik, maka pengeboran awal sebaiknya menargetkan kedalaman tersebut, dengan toleransi penambahan 10-15 meter sebagai cadangan jika akuifer yang diharapkan ternyata lebih dalam atau sedikit menurun. Mengabaikan data sumur eksisting adalah kesalahan fatal dalam perencanaan kedalaman.
Faktor Biaya dan Teknologi Pengeboran
Secara ekonomis, menentukan kedalaman sumur bor adalah permainan keseimbangan antara kebutuhan air dan kemampuan biaya. Setiap penambahan kedalaman akan meningkatkan biaya material (casing, saringan) dan waktu operasional alat bor. Pengeboran yang dangkal (di bawah 30m) umumnya lebih murah dan cepat. Semakin dalam, kebutuhan akan alat bor berdaya besar (rig yang lebih kuat) dan teknik stabilisasi lubang bor (casing) yang lebih rumit akan meningkatkan total investasi.
Teknologi pengeboran modern memungkinkan eksplorasi yang lebih akurat. Penggunaan alat geofisika seperti Resistivitas Listrik (ERT) dapat memetakan secara non-invasif zona batuan yang jenuh air, membantu operator memprediksi kedalaman target dengan margin kesalahan yang lebih kecil sebelum mata bor menyentuh formasi keras.
Kesimpulan dalam Penetapan Kedalaman
Pada akhirnya, menentukan kedalaman sumur bor adalah proses iteratif. Dimulai dengan estimasi konservatif berdasarkan data geologi dan hidrologi, pengeboran dimulai. Jika akuifer yang ditargetkan tidak tercapai pada kedalaman estimasi awal, operator harus mengambil keputusan di lapangan. Keputusan ini didasarkan pada laju penetrasi bor (semakin lambat, semakin keras batuan), log pemantauan (mud loss atau peningkatan aliran), dan ketersediaan anggaran sisa. Kedalaman akhir harus optimal: cukup dalam untuk menjamin suplai air yang stabil sepanjang tahun, namun tidak terlalu dalam hingga membebani anggaran proyek secara tidak proporsional.